Benarkah Shur adalah Hijr al-Hijaz menurut Tafsir Saadia Gaon?

Ulasan ini ditujukan untuk menjawab tulisan Menachem Ali (M Ali) yang diposting di website The Yeshiva Institute dengan judul Dimana Lokasi Hijr Al-Hijaz dan Al-Jafar dalam Targum Saadia?. Apologet Islam ini memang selalu memberi kesan sebagai "linguistic expert" namun jika dikaji secara seksama kajiannya cenderung sebuah "word play" demi agenda yang diusungnya. Tema tentang Hijr al-Hijaz sebenarnya telah didiskusikan lewat FB dan saya telah mengklarifikasi tuduhannya seputar "linguistic study", namun M Ali mengabaikannya dan tetap mengulang tuduhannya tersebut dengan memainkan Strawman Argument.


Dalam tulisan M Ali, dia berupaya mempertahankan tesis tentang jejak "Islam" dalam Tanakh & tradisi Yahudi mengacu pada tulisan seorang Rabbi Yahudi di abad 9-10, Rabbi Saadia Gaon (Rasag). Secara overview profil tentang Rasag ini telah dibahas di Blog Apologia Kristen ini dengan judul Apologetika Islam dan Tafsir Saadia Gaon.  Dalam tulisan ini kita mengkaji lebih mendalam tafsir Rasag khususnya tafsir atas Sefer Bereshit (Kej 16:7). Rasag menuliskan nama "Hijr al-Hijaz" sebagai nama lain dari Shur yang dianggapnya memiliki kaitan dengan kota suci umat Islam, Makkah di Arabia. Untuk meng-counter anggapan bahwa penyebutan kata ini karena pengaruh Islam, maka M Ali mengantisipasinya dengan menyodorkan sebuah prooftext dalam Tarqum Onqelos yaitu penyebutan nama "Hagra" untuk "Shur" yang memiliki kaitan secara lingustik dengan "Hijr".

Point yang ingin disampaikan M Ali bahwa pernyataan Rasag tentang nama "Hijr al-ijaz" pada prinsipnya sama dengan penyebutan "Hagra" dengan Tarqum onqelos. Karena Tarqum Onqelos telah ada sebelum lahirnya Islam yang berarti tidak ada pengaruh Islam, demikian pula penyebutan "Hijr al-Hijaz" oleh Rasaq bukanlah pengaruh Islam melainkan meneruskan tradisi sebelumnya. M Ali kemudian memperkuatnya dengan menambahkan data dari Joshepus dan penyebutan al-Jafar pada bagian lain dari Tafsir Rasag untuk kata Shur. Demikian ringkasan argumentasi yang dibangun M Ali sambil membentuk opini terhadap lawan diskusinya dengan klaim tidak paham "linguistic studies".

Kelihatannya argumentasi M Ali cukup meyakinkan, tetapi benarkah demikian? kita akan menguji tesisnya sudah tentu memperhatikan secara cermat primary sources yang relevan dikolaborasikan dengan secondary sources yaitu pendapat bible scholars. Jika M Ali cenderung terfokus pada kajian tekstual semata, maka kita perlu juga melakukan kajian kontekstual secara komprehensif untuk menguji berbagai hipotesis yang dihasilkan dari kajian tekstual. Seperti biasa, M Ali cenderung menghindari kajian kontekstual semacam ini karena memang melalui kajian kontekstual  yang tepat dan jujur pada data yang ada, akan menghasilkan konklusi yang bertolak belakang dengan asumsi yang dibangunnya. Sehingga kajian tekstual yang dilakukannya lebih mengarah pada sebuah eisegesis bahkan sebuah linguistic & logical fallacy atau bisa dikatakan sebagai "the high level word play". Kita juga perlu menbandingkannya dengan secondary sources berupa kajian Bible Scholars yang kredibel tidak hanya menurut Christian Scholars yang oleh M Ali secara skeptis disebut "Christian Orientalist" tetapi juga dari kalangan Jewish Scholars. Memang agak ironis M Ali yang apriori dengan secondary sources, ternyata dalam tulisan lainnya juga menggunakan secondary sources bahkan dari seorang "Christian Orientalist" seperti John Gill.

Ok mari kita mulai kajian kita, dengan melihat terlebih dahulu primary sources yang jadi inti pembahasan Tanakh/PL-Sefer Bereshit (Kej 16:7) Masoret Text & LXX.
Masoret Text: וַֽיִּמְצָאָ֞הּ מַלְאַ֧ךְ יְהוָ֛ה עַל־עֵ֥ין הַמַּ֖יִם בַּמִּדְבָּ֑ר עַל־הָעַ֖יִן בְּדֶ֥רֶךְ שֽׁוּר׃
Translit: wayyimtsa'ah mal'akh yhwh al-ein hammayim bammidbar al-ha'ayin bederekh shur
My Literal Translation: Malaikat YHWH menemukan dia di sebuah mata air di padang gurun, mata air yang berada di jalan menuju Syur.
LXX: Εὗρεν δὲ αὐτὴν ἄγγελος κυρίου ἐπὶ τῆς πηγῆς τοῦ ὕδατος ἐν τῇ ἐρήμῳ, ἐπὶ τῆς πηγῆς ἐν τῇ ὁδῷ Σουρ. 
Translit: Heuren dè auten angelos kyríou epi tes pege-s tou hydatos en te-i eremoi, epi te's pege's en te'i hodoi Sour.

Kita bandingkan dengan terjemahan Tanakh versi christian (King James Version) & jewish (Jewish Publication Society).
KJV: And the angel of the LORD found her by a fountain of water in the wilderness, by the fountain in the way to Shur.
JPS: An angel of the LORD found her by a spring of water in the wilderness, the spring on the road to Shur,

Selanjutnya Tafsir Rasag atas Kej 16:7
JudeoArabic: ווגידהא מלאך אללה עלי עין מא פי אלבריה עלי אלעין פי טריק חגיר אלחיגיאז
Translit:Wa wajadaha mal'ak allah 'ala 'ayn ma'in fi al-bariyyah 'ala al-'ain fi thariq hijr al-hijaz 
My Literal Translation: dan malaikat Allah menemukan dia di mata air ( 'ayn ma'in) di padang gurun, mata air di jalan menuju Hijr al Hijaz

Tarqum Onqelos atas Kej 16:7
Tarqum Ongelos: וְאַשְׁכְּחַהּ מַלְאָכָא דַיְיָ עַל עֵינָא דְמַיָא בְּמַדְבְּרָא עַל עֵינָא בְּאָרְחָא דְחַגְרָא
Translit: we'ashkechah mal'akha dayya al eina demaya bemadbera al eina be'archa de hagra
Translation versi Etheridge: And the Angel of the Lord found her at the fountain of wate in the wilderness, at the fountain in the way of Hagra.

Ok let's examine it..

I. LETAK LAHAI ROI: DI JALAN KE SHUR ATAU DI SHUR?
Dalam teks Kej 16:7 disebutkan tentang sebuah sumur di padang gurun yang kemudian diberi nama Lahai Roi (Kej 16:14) yang letaknya berada di jalan menuju Shur. Terdapat detail yang kelihatannya sepele tetapi memiliki makna yang cukup signifikan yaitu Lahai Roi bukan terletak di Shur melainkan di jalan menuju Shur (bederekh shur). Hal ini sejalan dengan teks dalam primary source yang lain, LXX/Septuaginta (hodoi sour) serta Tarqum Onqelos (be'archa de hagra).

M Ali menambahkan informasi atas Tafsir Rasag berdasarkan catatan kaki pada Targum Chamisha Chumshe Torah be Leson ‘Aravit le Rabbenu Saadia Gaon ben Yosef al-Fayyumi, sbb:
 “בדרך חגר חגאז” וכן תרגם אונקלוס חגרא וזהו ארץ הערב האמצעית אשר בה עיר מכה הקדושה לישמעלים ובכ
Transliteration: ” … be derech Hijr Hijaz wa kana Targum Onqelos Hagra ve zehu eretz ha-‘Erev hamatz’it asher bo ‘Ir Mekah ha-qadoshah le Yishma’elim u-Baka. “
(ke jalan Hijr Hijaz, dan pada Targum Onqelos disebut Hagra, dan kawasan itu berada di tanah Arabia, yang orang datang di kota Mecca yang kudus bagi kaum penganut iman Ishmael atau Bakka) - translit & terjemahan versi M Ali.”
Tafsir Rasag & keterangan pada footnote-nya memberi kesan letak sumur Lahai Roi berada di Hijaz yaitu di Makkah Arabia.Jika Hijr al-Hijaz memang benar Shur dan  letaknya di Arabia, maka akan muncul pertanyaan dimanakah letak Hijr al-Hijaz dan sumur Lahai Roi? Jika M Ali menyatakan  Hijr al-Hijaz adalah Makkah maka pernyataan ini kontradiksi dengan keberadaan Lahai Roi yang oleh Islam dianggap mata air Zam-zam yang letaknya di Makkah. Karena dari primary sources yang sumur Lahai Roi bukan terletak di Shur tetapi di jalan menuju Shur yang berarti bukan di Makkah. Jika M Ali menyatakan bahwa Hijr al-Hijaz bukan Makkah maka berarti ada sebuah tempat yang letaknya sesudah Makkah dari arah Israel yang disebut Hijr al-Hijaz, dapatkah M Ali menunjukan lokasi tersebut?

Fakta bahwa sumur Lahai Roi tidak terletak di Shur atau Hijr al-Hijaz melainkan di jalan menuju Shur/Hijr al-Hijaz sudah tidak bisa dibantah. Karena begitu jelas disebutkan dalam primary sources Tanakh-Masoret Text, LXX dan Targum Onqelos (be'archa de hagra) termasuk Tafsir Rasag sendiri (fi thariq hijr al-hijaz). Sebagai bukti tambahan,  pada ayat lain dalam pasal yang sama (Kej 16), Shur disebutkan memiliki nama lain yaitu Bered dan sumur Lahai Roi tidak terletak di Bered (Shur) melainkan antara Kadesh dan Bered. Kej 16:14 (LAI): Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lahai-Roi; letaknya antara Kadesh dan Bered.

Kadesh jelas terletak di bagian selatan Israel dan bukan di Arabia, ada banyak teks Tanakh yang memberi petunjuk letak Kadesh tersebut. Salah satunya dalam Torah,  Bil 20:14 Kemudian Musa mengirim utusan dari Kadesh kepada raja Edom dengan pesan... Ayat 16.. Sekarang ini kami ada di Kadesh, sebuah kota di tepi perbatasanmu. Pada ayat ini kota Kadesh disebutkan berada di tepi perbatasan dari kerajaan Edom yang letaknya dekat dengan Israel. Tidak ada satupun data yang menyatakan kerajaan Edom berada di Arabia tengah tempat Makkah berada.

Berikut ini peta ilustrasi untuk memperjelas pertanyaaan dimanakah letak Hijr al-Hijaz yang dinyatakan sebagai Shur dalam Tafsir Rasag. Karena mata air Zam-zam yang diklaim M Ali sebagai sumur Lahai Roi letaknya di Makkah dan Lahai Roi itu dalam Tanakh letaknya bukan di Shur, berarti letak Hijr al-Hijaz sebagai Shur itu berada setelah Makkah di Arabia dari arah Kadesh (Israel). Silahkan tunjukan keberadaan nama tempat, baik dari sumber-sumber tradisi Islam & Yahudi maupun dari hasil penelitian arkaeologi.


II. DIMANAKAH LETAK SHUR?
Selanjutnya kita akan melacak dimanakah letak Shur berdasarkan Dictionary &  Encyclopedia. Pertama-tama The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon. Dalam dictionary ini kata Shur disebut sebagai Proper Name yaitu sebuah tempat yang berada di bagian selatan-barat dari Palestina dan sebelah timur Mesir. Selanjutnya kita lihat referensi lain tentang Shur.


Strong's Hebrew & Greek Dictionaries
שׁור    Strong’s No: 7793,  Transliterated: Shuwr;  Pronounced: shoor. the same as 07791; ; n pr  loc
Trans. & freq. in the AV— Shur 6 times; 6 occurrences of Hebrew word in AV. Shur = “wall”
1. a place southwest of Palestine on the eastern border or within the border of Egypt; the Israelites passed through the wilderness of Shur after crossing the Red Sea
a. also ’wilderness of Etham’

SHUR. A wilderness-region in the NW part of the Sinai isthmus, S of the Mediterranean coastline and the ‘way of the land of the Philistines’, between the present line of the Suez Canal on its W and the ‘River of *Egypt‘ (Wadi el-‘Arish) on its E. Abraham and Sarah’s handmaid Hagar fled to a well past Kadesh on the way to Shur (Gn. 16:7). Douglas, J. (1982; Published in electronic form by Logos Research Systems, 1996). New Bible Dictionary. Includes index. (electronic ed. of 2nd ed.) (1110). Wheaton, IL: Tyndale House.

SHUR , ([שׁוּר, shur]; [Σούρ, Sour]): The name of a desert East of the Gulf of Suez. The word means a “wall,” and may probably refer to the mountain wall of the Tih plateau as visible from the shore plains. In Genesis 16:7 Hagar at Kadesh (`Ain Qadis) (see 16:14) is said to have been “in the way to Shur.” .. There is thus no doubt of its situation, on the East of the Red Sea, and of the Bitter Lakes. Orr, J., M.A., D.D. (1999). The International standard Bible encyclopedia  : 1915 edition (J. Orr, Ed.). Albany, OR: Ages Software.

Shur. Wilderness region located in the Sinai peninsula east of Egypt’s Nile delta and west of the Negeb. In antiquity, a caravan route passed through this region from Egypt to Palestine. It was perhaps along this route that the Angel of the Lord found Hagar (Gn 16:7).
Elwell, W. A., & Beitzel, B. J. (1988). Baker encyclopedia of the Bible. Map on lining papers. (1959). Grand Rapids, Mich.: Baker Book House.

Pihak The Yeshiva Institute (TYI) termasuk M Ali mengambil sikap apriori terhadap penggunaan secondary sources, walaupun dalam tulisan mereka juga mengutip secondary sources. Jika tesis yang dikembangkan pihak TYI atau M Ali memang memiliki dasar akademis yang kuat, maka point mereka tentu akan dipertimbangkan dalam Bible Scholarship. Namun tesis mereka yang mencoba membangun sebuah dissenting opinion tidak mendapat dukungan dari Bible Scholars dewasa ini termasuk Jewish Scholar sendiri. Dapatkan M Ali menunjukan pernyataan dari bible scholar dewasa ini bahwa Shur atau Hijr al-Hijaz (versi Rasag) memang terletak di Arabia khususnya dekat dengan Makkah atau Makkah itu sendiri?.

M Ali memberi kesan melakukan kajian langsung terhadap primary sources dan menyatakan lawannya hanya mengandalkan secondary sources. Padahal urgensi penggunaan primary sources tergantung pada konteks pembahasan. Berkaitan dengan lokasi Shur, berbagai rujukan dari tulisan bible scholars menempatkan Shur berada diantara Mesir & Israel/Palestina, tidak ada yang mengatakan terletak di Arabia tengah. Maka petunjuk lain untuk mengetahui lokasi Shur yaitu dari ayat-ayat lain Tanakh. Berikut ini kita bahas ayat-ayat tersebut dan kutipan ayatnya dari primary sources Tanakh (masoret text) dan terjemahannya menggunakan versi Jewish Scholars (JPS).
Kej 20:1 וַיִּסַּ֨ע מִשָּׁ֤ם אַבְרָהָם֙ אַ֣רְצָה הַנֶּ֔גֶב וַיֵּ֥שֶׁב בֵּין־קָדֵ֖שׁ וּבֵ֣ין שׁ֑וּר וַיָּ֖גָר בִּגְרָֽר׃
Translit: wys' mshm avraham artsah ha negeb wyshb byn-qdsh uvein shur wygr bgrr

JPS: Abraham journeyed from there to the region of the Negeb and settled between Kadesh and Shur.
While he was sojourning in Gerar,


Berdasarkan ayat ini letak Shur (Syur) berdekatan dengan Tanah Negeb yang berada di bagian selatan dari Israel. Ini berarti Shur tidak terletak di Arabia karena sangat jauh dengan Tanah Negeb. Sebagai informasi, kata Negeb khususnya pada Kej 13:1 diartikan sebagai arah selatan oleh apologis Islam yang dianggap sebagai arah perjalanan Abraham dari Mesir ke Arabia. Namun penafsiran tersebut tidak tepat karena kata Negeb ini jelas merujuk pada nama tempat bukan "arah". Menariknya dalam tafsir Rasag kata Negeb digantikan kata אלקבלה (al-Qiblah) yang juga bernuansa Islami. Perlu pembahasan tersendiri untuk topik ini.

Petunjuk lainnya kita dapatkan dalam ayat berikut ini:
Kej 25:18 שְׁכְּנ֨וּ מֵֽחֲוִילָ֜ה עַד־שׁ֗וּר אֲשֶׁר֙ עַל־פְּנֵ֣י מִצְרַ֔יִם בֹּאֲכָ֖ה אַשּׁ֑וּרָה עַל־פְּנֵ֥י כָל־אֶחָ֖יו נָפָֽל׃פ
Translit: wyshkn mechawilah ad-shur asher 'l-pny mitsrayim b'kh ashshurah 'l-pny khol-echaiw naphal
JPS: They dwelt from Havilah, by Shur, which is close to Egypt, all the way to Asshur; they camped alongside all their kinsmen.    
Pada ayat ini disebutkan wilayah tempat tinggal keturunan Ismail dari Hawila sampai Shur (Syur), ini juga perlu pembahasan tersendiri untuk analisis detail lokasi keturunan Ismail yang telah dijanjikan menjadi "bangsa yang besar". Namun untuk kajian kita saat ini, point kuncinya Shur terletak dekat Mesir atau Mitsrayim yang merupakan nama lain dari Mesir. Tidak ada penjelasan alternatif yang reasonable untuk menyebut Hijaz dekat dengan Mesir, karena pernyataan serupa juga terdapat pada 1 Sam 15:7. 
1 Sam 15:7 וַיַּ֥ךְ שָׁא֖וּל אֶת־עֲמָלֵ֑ק מֵֽחֲוִילָה֙ בֹּואֲךָ֣ שׁ֔וּר אֲשֶׁ֖ר עַל־פְּנֵ֥י מִצְרָֽיִם׃ 
Translit: wyk sha'ul eth-amaleq mechawilah bw'k shur asher 'l-pny mitsrayim
JPS: Saul destroyed Amalek from Havilah all the way to Shur, which is close to Egypt,

Pada ayat ini selain menyebutkan Shur terletak dekat Mesir, juga terdapat petunjuk lain  tentang keberadaan orang Amalek. Pada ayat lain disebutkan mereka berdiam di Tanah Negeb. Bil_13:29  Orang Amalek diam di Tanah Negeb... Jelas sekali berdasarkan petunjuk ini tidaklah mungkin Saul pergi ke Arabia yang jaraknya sangat jauh untuk mengalahkan orang Amalek dan tidak ada pula catatan sejarah tentang keberadaan orang Amalek di Arabia tengah.

Selain Saul, pada ayat lain Daud juga disebutkan berperang melawan orang Gesur, Girzi dan Amalek yang wilayahnya dari Telam ke arah Shur sampai ke tanah Mesir.
1 Sam 27:8 וַיַּ֤עַל דָּוִד֙ וַֽאֲנָשָׁ֔יו וַֽיִּפְשְׁט֛וּ אֶל־הַגְּשׁוּרִ֥י [וְהַגִּרְזִי כ] (וְהַגִּזְרִ֖י ק) וְהָעֲמָלֵקִ֑י כִּ֣י הֵ֜נָּה יֹשְׁבֹ֤ות הָאָ֙רֶץ֙ אֲשֶׁ֣ר מֵֽעֹולָ֔ם בֹּואֲךָ֥ שׁ֖וּרָה וְעַד־אֶ֥רֶץ מִצְרָֽיִם׃ 
Translit: wy'l dwd wa'anashaiw wypsht 'l-hgshry whgrzy k (whgzry q) weha'amaleqi ky hnh yoshevowth ha'arets asher me'owlam bw'k shurah we'ad-erets mitsrayim
JPS: David and his men went up and raided the Geshurites, the Gizrites, and the Amalekites-who were the inhabitants of the region of Olam,a all the way to Shur and to the land of Egypt.-

Orang-orang yang dimaksud jelas berdiam di seputaran Israel atau berbatasan dengan wilayah Israel. Letak Shur disebutkan berada dekat dengan Mesir. Cocok dengan ayat lain yang menyebutkan Shur terletak dekat Mesir.

Maka bisa disimpulkan bahwa Shur (Syur) terletak di bagian selatan Selatan Israel atau sebelah timur Mesir, sehingga bisa dipastikan Shur tidak terletak di Hijaz atau Arabia tengah lokasi dari Makkah. Perhatikan peta berikut ini yang menunjukan letak dari Negeb (The South Country), Kadesh Barnea, Padang Shur dan Mizraim (Egytp/Mesir). Sumber peta: Rand McNally Bible Atlas


III. SHUR, HAGRA & AL-JAFAR
Sebuah tempat yang memiliki lebih dari satu nama merupakan hal biasa, demikian pula penyebutan Hagra untuk Shur dalam Tarqum Onqelos dan di Tanakh masih dalam pasal yang sama (Kej 16), nama Shur memiliki nama lain yaitu Bered.  
Kej 16:14  Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lahai-Roi; letaknya antara Kadesh dan Bered. Dalam Tarqum onqelos, untuk Shur dan Bered tetap digunakan satu nama Hagra, sedangkan Kadesh memiliki nama lain yaitu Rekam.
Tarqum Onqelos Kej 16:14 (Etheridge)The well at which appeared the Angel of the Covenant: behold, it is between Rekam and Hagra.


Dimanakah letak Hagra menurut Tarqum Onqelos? sebelum melihat teks Tarqum Onqelos mari kita lihat penjelasan tentang Hagra dalam A Dictionary of The Targumim, The Talmud Babli and Yerushalmi and The Midrashic Literatur, yang di-compile oleh Marcus Jastrow, Ph.D, Litt.D.
Dalam dictionary ini ada dua penjelasan tentang Hagra, pertama Hagra merupakan sebuah kota atau provinsi di padang Shur dan kedua Petra. Kota Petra ini terkenal sebagai kota yang dibangun dari batu dan merupakan ibukota kerajaan Nabataean. Penjelasan pertama yang paling sesuai dengan keterangan yang ada dalam Tarqum Onqelos.
 Tarqum Onqelos Kej 25:18 (Etheridge) And they have dwelt from Havilah unto Hagra, which looketh toward Mizraim, reaching unto Athoor.
Bandingkan dengan Tanakh (JPS) They dwelt from Havilah, by Shur, which is close to Egypt, all the way to Asshur;

Letak Shur disebutkan mengarah ke Mizraim yang adalah nama lain dari Mesir. MIZRAIM [mĭzˊră əm] (Heb. miṣrayim; cf. Egyp. mṣrym). The Hebrew word for Egypt, the people of which are represented as descended from Ham (Gen. 10:6, 13; RSV “Egypt”). Myers, A. C. (1987). The Eerdmans Bible dictionary. Rev., augm. translation of: Bijbelse encyclopedie. Rev. ed. 1975. (726). Grand Rapids, Mich.: Eerdmans. Silahkan lihat peta Rand McNally Bible Atlas mengenai lokasi Mizraim.


Penyebutan Shur dengan kata Hagra dalam Tarqum Onqelos tetap konsisten pada ayat-ayat lainnya seperti Kej 25:18. Pada ayat yang sama (Kej 25:18), dalam Tafsir Rasag terjadi perubahan dari Hijr al-Hijaz menjadi al-Jafar, justru hal ini patut dipertanyakan. M Ali mencoba mengantisipasi pertanyaan terhadap perbedaan ini.
"...Dalam Targum Saadia, terkait Sefer Bereshit 25:18, Rabbi Saadia Gaon (Rasag) menyebut Shur dengan nama lain, yakni Al-Jafar. Sementara itu, dalam Sefer Bereshit 16:7, Rasag menyebut Shur dengan nama yang lain lagi, yakni Hijr Al-Hijaz. Nama Al-Jafar dalam Targum Saadia merujuk pada nama lokasi geografis, sebagaimana nama Hijr Al-Hijaz dalam Targum Saadia juga merujuk pada nama lokasi geografis. Nama Al-Jafar dan nama Hijr Al-Hijaz dalam Targum Saadia yang mengacu pada nama lokasi geografis ini bersifat saling menjelaskan, dan bukan saling menegasikan.."
Untuk mendukung pendapatnya M Ali mengutip Joshepus.
"Nama Al-Jafar sebagai nama lokasi geografis tersebut ternyata diteguhkan pula dengan pernyataan Flavius Josephus dalam karyanya The Antiquities of the Jews 12.4. “These inhabited all the country from Ephrates to the Read Sea and called it Nabatene.”.
Flavius Josephus, seorang sejarawan Yahudi abad 1 M., mengidentifikasi nama Shur berkaitan dengan Read Sea (kawasan Laut Merah). Hal ini senada dengan kawasan Al-Jafar yang dimaksud oleh Rabbi Saadia Gaon (Rasag) dalam Sefer Bereshit 25:18. Rasag paham betul lokasi geografis yang bernama Al-Jafar yang berada di kawasan Laut Merah ini, sehingga beliau menyebut nama Al-Jafar dengan nama lain, yakni nama Hijr Al-Hijaz sebagaimana yang termaktub dalam Sefer Bereshit 14:7".
Berikut ini penalaran M Ali: Rasag menyebut al-Jafar sebagai lokasi yang berkaitan dengan lokasi kediaman Ismail. Kemudian Rasag memahami al-Jafar itu berada di kawasan Laut Merah sama seperti yang dinyatakan oleh Joshepus. Olah karena Hijaz berada di kawasan Laut Merah, maka Rasag menyebut al Jafar dengan nama lain yaitu Hijr al-Hijaz.

Terlihat jelas lompatan logika dari M Ali dan merupakan contoh salah satu  "the high level word play". Secara kronologis saja sudah rancu, pengasosiasian al-Jafar yang berada di kawasan Laut Merah sebagaimana pernyataan Joshepus terletak pada pada pasal 25 dalam tafsir Rasag. Sedangkan penyebutan Hijr al-Hijaz telah ada pada pasal sebelumnya (pasal 16). Jika memang yang dimaksud seperti itu, maka seharusnya dalam Tafsir Rasag Kej 25:18 langsung saja menyebutkan Hijr al-Hijaz bukannya al Jafar. Apalagi secara lingustik tidak ada kaitan antara kata al-Jafar dengan Hijr al-Hijaz.

Beriku ini kutipan dari Joshepus yang dirujuk M Ali.
Book 1 Chapter 12 verse 4, The Antiquities of the Jews
"... Of this wife were born to Ismael twelve sons; Nabaioth, Kedar, Abdeel, Mabsam, Idumas, Masmaos, Masaos, Chodad, Theman, Jetur, Naphesus, Cadmas. These inhabited all the country from Euphrates to the Red Sea, and called it Nabatene..".
Analisis M Ali dengan mengimajinasikan sebuah wilayah dalam peta yang terletak antara Eufrat yang berada di Irak saat ini dengan kawasan Laut Merah. Sehingga dari imajinasi ini, dia merujuk lokasi yang dimaksud oleh Joshepus adalah kawasan Arabia tengah tempat beradanya Makkah. Padahal yang dimaksud Joshepus adalah lokasi keturunan Ismael yang berada di seputaran Israel dalam Tanakh disebutkan tempat tinggal mereka berdekatan dengan keturunan Ishak yaitu Israel. Kej 25:18.. 'l-pny khol-echaiw naphal - they camped alongside all their kinsmen (JPS). Joshepus menyebut batas utara di Eufrat yang berada di wilayah dekat Asyur dan batas selatannya Red Sea merujuk pada bagian ujung utara dari Red Sea. Batas laut Mesir juga berada di Red Sea selain laut Mediterania. Kawasan kediaman keturunan Ismael ini kemudian dikenal sebagai Nabataean yang pusatnya di Petra. Perhatikan perbandingan peta berikut ini:

IV. KAJIAN LINGUISTIK : HAGRA & HIJR AL HIJAZ
Sampai sejauh ini kita telah membuktikan kecacatan nalar M Ali dan ketidakcermatan membaca data yang ada serta membuktikan kekeliruan Rasag. Selanjutnya kita akan menganalisis mengapa Rasag menuliskan kata Hijr al-Hijaz dalam tafsir Kej 16:7. Karena hal ini mencurigakan sebab kata Shur pada ayat yang lain dalam tafsirnya menggunakan kata al-Jafar.

Kemungkinan acuan penulisan kata Hijr al-Hijaz  berkaitan dengan penggunaan kata Hagra dalam Tarqum Onqelos. Dalam Aramaic kata Hagra memiliki arti batu (stone) demikian pula Hijr dalam Arabic juga memiliki arti yang sama. M Ali menerangkan bahwa kedua kata itu sepadan secara linguistik.

"Istilah “sepadan” yang saya maksud dalam kedua Targum tersebut adalah kesejajaran makna yang merujuk pada nama lokasi geografis. Ini terbukti bila istilah Hagra dan Hijr tersebut keduanya dikaji berdasarkan pada domain linguistik rumpun bahasa-bahasa Semitik, terutama dari aspek fonologis (bunyi), morfologis (kata), dan semantis (terutama makna leksikal sekaligus makna terminologisnya). Jadi, nama Hagra (H-g-r) dan Hijr (H-j-r) telah terbukti secara linguistik ternyata keduanya memang merujuk pada nama lokasi geografis".

Saya sependapat dengan sebagian  dari analisis linguistik M Ali mengenai kata Hagra & Hijr yaitu adanya kesamaan keduanya secara etimologis & leksikal. Namun saat kata itu diletakkan pada konteksnya masing-masing maka keduanya berbeda maknanya secara terminologis.  Dalam ilmu linguistik dikenal istilah False Cognate, yaitu dua kata dari bahasa yang berbeda yang memiliki kesamaan atau kemiripan secara etimologis & semantik namun memiliki makna terminologis yang berbeda. Sayangnya dalam pernyataan selanjutnya, M Ali tidak cermat memperhatikan argumentasi lawan diskusinya sehingga membuat strawman arguments bahkan membuat judgement.

"..Bila seorang apologet Kristen menyatakan bahwa nama Hagra dalam Targum Onqelos dan nama Hijr dalam Targum Saadia memiliki makna yang berbeda secara leksikal dan makna terminologisnya, sebenarnya ini pemahaman orang yang sangat awam dalam bidang linguistik, apalagi bidang linguistik Semitik...".

Padahal yang saya maksud adalah perbedaan secara leksikal dan terminologis antara kata Hagra dan Hijaz bukan kata Hagra & Hijr. Saya kutipkan kembali pernyataan saya dalam sebuah diskusi di FB dengan rekan M Ali.
".. Hagra & Hijaz itu berbeda pak baik makna leksikal & terminologisnya.. Titik hubungnya hanya pd kata Hajr yg hubungannya dr maknanya Batu (The Rock) dan Rasag mengaitkannya dgn Hajar Aswad (The Black Stone).. Maka oleh Rasag ditambahkanlah kata Hijaz... menjadi Hajr Al Hijaz.".

Jadi jelaslah bahwa Hagra dan Hijaz tidak ada kaitannya secara leksikal & terminologis sedangkan Hagra & Hijr ada kaitannya secara leksikal & etimologis. Nah muncul pertanyaan mengapa Rasag menggunakan kata Hijr (batu/stone) kemudian menambahkan keterangan Hijaz sehingga menjadi Hijr al-Hijaz atau Batu di Hijaz. Memang benar Hijr yang dimaksud Rasag merujuk pada sebuah lokasi geografis, namun nama lokasi geografis memiliki asal usulnya yaitu dari kata Batu itu sendiri, sehingga Common Noun berubah menjadi Proper Noun.

Rasag kemungkinan mengacu pada kata Hagra dalam Tarqum Onqelos pada Kej 16:7. Tetapi Rasag tidak konsisten mengikuti Tarqum Onqelos karena pada ayat lain Rasag menggantinya menjadi al-Jafar sedangkan Tarqum Onqelos tetap mengunakan kata Hagra. Mengapa khusus pada Kej 16:7 Rasag menggunakan kata Hijr al-Hijaz? jawabannya jelas karena faktor konteks Hagar yang menemukan sumur Lahai Roi. Rasag melihat adanya hubungannya dengan teologi Islam yaitu mata air Zam-zam untuk dikaitkan dengan Lahai Roi. Dan penyebutan kata Hijr (Batu) kemungkinan karena ada kaitannya dengan Black Stone (Hajar Aswad).

M Ali berapologi tentang hal ini dengan mengatakan:
 "..Itulah sebabnya, yang termaktub dalam Targum Saadia adalah frase nama Hijr Al-Hijaz atau bisa dibaca Hajar Al-Hijaz, tetapi frase yang muncul tidak tertulis nama Hajar Al-Aswad. Bila nama Hijr atau Hajar yang dimaksud oleh Rabbi Saadia Gaon (Rasag) tersebut merujuk pada nama Hajar Al-Aswad, maka pasti dalam Sefer Bereshit 14:7 versi Targum Judeo-Arabic tersebut tertulis nama Hajar Al-Aswad dan bukan tertulis Hijr Al-Hijaz..".
Dengan tidak ditulisnya Hajar Al-Aswad untuk kata Shur oleh Rasag bukan berarti penyebutan kata Hijr (Batu) itu tidak ada kaitannya dengan Black Stone. Apologi M Ali tetapi belum menjawab hal mendasar yaitu mengapa Rasag menggunakan kata Hijr dalam Kej 16:7? Kalau dianggap mengikut Tarqum Onqelos juga tidak tepat, karena Rasag tidak konsisten menggunakan kata Hijr al-Hijaz untuk setiap kata Hagra dalam Tarqum Onqelos.

Seorang Jewish Scholar bernama David M. Freidenreich dalam tulisannya The Use of Islamic Sources in Saadiah Gaon's "Tafsīr" of the Torah", The Jewish Quarterly Review, New Series, Vol. 93, No. 3/4 (Jan. - Apr., 2003) juga memiliki pemikiran yang sama.
"... Most important in the present context, however, is Saadiah's translation of shur in Gen 16:7, which he renders as hajr al-hijaz. "The Rock of the Hijaz," a name derived at least in part from Onkelos' (and Pseudo-Jonathan's?) Aramaic translation of Shur as hagra, can be none other than the Black Rock of the Ka'bah in Mecca...".

V. KAJIAN KONTEKSTUAL: LAHAI ROI VS ZAM-ZAM
Dalam kajian kontekstual ini kita akan mengkaji keberadaan sumur Lahai Roi dan mata air Zam-zam dan setting kisah Hagar menurut versi Yahudi & kekristenan dalam Tanakh/PL dan versi Islam dalam Hadith. Kita awali dulu dengan konteks kisah penemuan sumur Lahai Roi dalam Tanakh/PL.

Kej 16:3  Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
Kej 16:4  Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.
Kej 16:5  Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau."
Kej 16:6  Kata Abram kepada Sarai: "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.
Kej 16:7  Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
Kej 16:13  Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?"
Kej 16:14  Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lahai-Roi; letaknya antara Kadesh dan Bered.

Sekembalinya Abraham dari Mesir, dia ikut membawa berbagai harta dan budak yang diberikan Firaun kepadanya termasuk Hagar.
Kej 12:16  Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta.
Abraham kembali ke Kanaan dan setelah sepuluh tahun Sarah belum juga mengandung sehingga Sarah berinisiatif mengambil Hagar untuk Abraham agar bisa melahirkan anak untuk Sarah. Namun terjadi masalah antara Sarah & Hagar sehingga Hagar lari ke padang gurun. Hagar kemudian menemukan mata air yang kemudian diberi nama Lahai Roi yang letaknya di jalan menuju Shur.

Berdasarkan konteks ini, kita mendapatkan fakta mendasar bahwa Hagar tinggal di tanah Kanaan bersama Abraham & Sarah sebelum lari ke padang Gurun ke arah Shur (Kej 16:3). Jika sumur Lahai Roi itu dipaksakan adalah mata air Zam-zam di Makkah, maka Hagar harus menempuh perjalanan ribuan kilometer ke Makkah Arabia. Silahkan lihat peta pertama mengenai perkiraan letak Shur versi M Ali dan versi biblikal. M Ali menutup mata mengenai ketidakmasukakalan teorinya tersebut.  

Sekarang kita lihat konteks penyebutan mata air Zam-zam dalam Hadist yang dianggap sumber paling otoritatif sesudah Quran.
"Narrated Ibn `Abbas: The first lady to use a girdle was the mother of Ishmael. She used a girdle so that she might hide her tracks from Sarah. Abraham brought her and her son Ishmael while she was suckling him, to a place near the Ka`ba under a tree on the spot of Zamzam.." Hadith Bukhari 4:55:583
Menurut hadist ini mata air Zam-zam ditemukan di Makkah dekat Kabbah oleh Hagar & Ismael. Sedangkan penemuan Lahai Roi itu oleh Hagar sendiri karena saat itu Ismael belum lahir. Perhatikan bagian lain dalam Tanakh/PL berkaitan dengan hal ini.
Kej 21:17  Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.
Kej 21:18  Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar."
Kej 21:19  Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.

Kisah ini adalah saat Hagar & Ismael telah diusir dan saat pengembaraan, mereka menemukan mata air atau sebuah sumur. Jadi jelaslah bahwa sumur Lahai Roi bukan mata air yang ditemukan oleh Hagar & Ismael. Sehingga upaya mengaitkan Lahai Roi dengan mata air Zam-zam juga kontradiktif dengan tradisi Islam itu sendiri. Upaya mengacu pada tafsir Rasag mengenai Hijr al-Hijaz tentu dimaksudkan untuk menjustifikasi keberadaan mata air Zam-zam yang diasosiasikan dengan sumur Lahai Roi. Karena pengasosiasian ini tidak tepat, maka penyebutan Hijr al-Hijaz sebagai sebuah nama tempat di Arabia menjadi tidak valid.

VI. PENUTUP
Kita telah melakukan kajian secara komprehensif terhadapan tulisan M Ali tentang Hijr al-Hijaz menurut Tafsir Rasag. Dari seluruh kajian yang saling berkaitan dan menguatkan satu sama lain ini, maka bisa disimpulkan secara tegas bahwa teori Hijr al-Hijaz tidaklah valid. Penyebutan Hagra dalam Tarqum Onqelos tidak ada kaitannya dengan Islam. Kemungkinan bangunan di kota Hagra ini banyak menggunakan batu mirip dengan Petra sehingga diberi nama Hagra yang letaknya di padang Shur. Berbeda dengan penyebutan Hijr al-Hijaz oleh Rasag dalam Tafsirnya yang begitu kuat karena adanya pengaruh Islam sebagaimana diuraikan dalam tulisan ini.

M Ali tentu berupaya keras melakukan "word play" kembali melalui kajian linguistik versinya. Tetapi M Ali tidak akan melakukan kajian komprehensif dengan memperhatikan seluruh data yang ada secara seksama dan berimbang, kecuali melakukan Cherry Picking Fallacy. Karena kajian komprehensif yang cermat justru tidak mendukung agenda yang diusungnya.
Share:

Tidak ada komentar: