Strawman Fallacy: False Trinity - Bapa, Anak & Maria

Pihak Islam mengklaim sebagai agama yang meluruskan agama sebelumnya yaitu kekristenan yang dianggapnya telah tersesat. Dasar utamanya pada ajaran tentang keesaan Allah (Tauhid) yang di kekristenan dianggap telah menyimpang dengan adanya ajaran Trinity. Koreksi terhadap ajaran Trinity bahkan tercatat dalam Quran pada beberapa ayat, termasuk koreksi tentang ajaran Yesus sebagai Anak Allah. Artikel ini membahas koreksi Quran tersebut dan dimaksudkan sebagai pembelaan (apologia) dari pihak kekristenan.
Share:

Yesus Anak Allah secara Biologis?

Polemikus Muslim bernama Arda Chandra telah menulis artikel berjudul Kehamilan Perawan Maria versi Alkitab dan Alquran https://answeringkristen.wordpress.com/kehamilan-perawan-maria-versi-alkitab-dan-al-qur%E2%80%99an/. Polemikus tersebut mencoba membuktikan dari Bible bahwa penyebutan Yesus sebagai Anak Allah memang benar dalam pengertian anak secara biologis/fisik yaitu dalam konteks kehamilan Maria yang dianggap telah "dihamili" Allah. Benarkah tafsiran demikian? kita akan mengujinya secara cermat dengan mengeksesis ayat-ayat yg digunakan serta melihat konteks penyebutan Anak Allah tersebut. 
Share:

Debat kata ECHAD dalam SHEMA (Ul 6:4) - ROUND 3 (A)



Debat seputar kata Echad dalam Shema menghadapi pihak The Yeshiva Institute (disingkat TYI) telah memasuki Ronde ke-3. Bagi para pembaca yang baru mengikuti debat ini, sangat disarankan untuk membaca uraian debat sebelumnya agar bisa memahami perdebatan ini secara komprehensif. 

Tanggapan pihak TYI di ronde ini ditulis oleh Eric Kisam yang pada ronde sebelumnya bersama Ismaun Ghofur. Sama seperti tanggapan-tanggapan sebelumnya, tanggapan pihak TYI masih diwarnai nuansa Ad Hominem Argumentum dan pada beberapa bagian bersifat pengulangan point yang telah kami tanggapi sebelumnya. Untuk bagian yang sifatnya pengulangan tidak akan kami tanggapi lagi, sedangkan untuk Ad Hominem Argumentum kami tanggapi dengan menyajikan data faktual yang relevan.
 
 TYI
//JJ: Belum apa-apa TYI telah memberi pernyataan bernuansa Ad Hominem Attack dengan menyebut Michael Brown sebagai "misionaris kristen berbaju yahudi". Padahal Michael Brown sendiri adalah seorang Yahudi (Jewish) yang memiliki posisi teologis yg berbeda dengan umumnya jewish lainnya, dikenal sebagai Messianic Jewish yang berbeda dengan Judaism Jewish. So.. Michael Brown bukan "berbaju" Yahudi karena memang dia native jewish, berbeda dengan pihak TYI yang non jewish namun keyahudi-yahudian :-)//

Keyahudian Brown sebagai etnis berbeda dengan keyahudian sebagai agama, walaupun terlahir yahudi tapi dengan percaya dengan trinitas Brown tidak bisa dibilang sebagai pemeluk agama Yahudi. Lagi pula kalau ditelusuri masa lalu Brown bukanlah dari kalangan pemeluk yahudi yang taat dan asli, dia belum pernah belajar di Yeshiva (semcam pesantren untuk umat yahudi) dan dia tidak pernah mengecap pendidikan di yeshiva2 elit yang terkemuka dikalangan rabbi-rabbi Mirrer Yeshiva, Ponovizh Yeshiva dll , masa lalu nya adalah sekular dan menempuh pendidikan sekuler pula (bahasa) bukan theologi.

Tanggapan JJ
Term Yahudi memang bisa merujuk ke agama (Judaism) atau etnis (Jewish/Jews). Brown memang bukan penganut agama Yahudi (Judaism) tetapi Messianic Jews yang percaya Yeshua sebagai Mesias. Dari pernyataan anda yang bernuansa Ad Hominem itu, apakah maksud kata “berbaju yahudi” di sini merujuk pada aspek agamanya (Judaism) atau etnisnya (Jewish)?

Saya menduga karena posisi teologis Brown banyak merujuk pada sumber-sumber Yahudi sendiri seperti Tanakh, Talmud, Targum dll yang umumnya menggunakan Hebrew di samping Aramaic. Maka kemungkinan inilah motif pernyataan “berbaju Yahudi” tersebut. Brown sebagai native Jewish tentu wajar banyak menggunakan sumber-sumber Yahudi dalam Hebrew/Aramaic, baik dalam pandangan teologinya maupun ritual ibadahnya.

“We often use Hebrew songs anda prayers in our servics because many of the songs are taken directly from the Hebrew Bible and many of the prayers date from the days of Jesus and earlier (e.g., the Shema). These elements are not merely borrowed from later Rabbinic tradition. They serve to remind worshipers that our faith is indeed the continuation of the faith of our fathers-Abraham, Moses David, and the Messiah”. Brown, Michael, Answering Jewish Objections to Jesus: General and Historical Objections: Volume 1,  Page 12.

Point minor anda yang bernuansa Ad Hominem ini justru menyerang balik pada institusi TYI yang bernuansa Jewish melalui penggunaan terms Hebrew dan rujukan pada Rabbi yang menguatkan posisi TYI pada point-point tertentu seperti Abrahamson, Saadia Gaon, Rashi dll. Masalahnya apakah orang-orang di TYI adalah native Jewish? Jika tidak lalu mengapa style-nya keyahudi-yahudian seperti menggunakan term Yeshiva Institute? Selain itu pihak TYI juga bukan penganut Judaism seperti Brown, lalu mengapa menuduh Brown “berbaju Yahudi” atau justru pihak TYI yang sebenarnya “berbaju Yahudi”?

Pihak TYI kembali menggaungkan pernyataan bernuansa Ad Hominem Argumentum dengan mempersoalkan latarbelakang masa lalu Brown. Hal ini cukup mengherankan pihak TYI memainkan point-point seperti ini. Brown percaya kepada Yeshua pada usia 16 tahun dan sebelumnya sebagai conservative jews kemungkinan dia telah mengenyam pendidikan di Yeshiva setidak-tidak pada level junior Yeshiva (Yeshiva Ketana). Namun setelah percaya dia justru memperdalam Hebrew Language dan meraih Bachelor, justru ini lebih tepat dibanding langsung mengikut pendidikan teologi Kristen di seminari Kristen. Pendidikan lanjutan di bidang Near Eastern Languages and Literatures sudah tentu memberi banyak ruang & kesempatan mengkaji berbagi literatur rabbinik.  Credential akademiknya diakui para scholar termasuk jewish scholar, sehingga rabbi-rabbi Yahudi terkemuka seperti Shmuley Boteach,  Moshe Otero, J. Immanuel Schochet and David Blumofe melayani debat dengan Michael L. Brown.

So.. mari kita fokus ke hal yang substansial dan tidak memainkan point-point logical fallacy seperti Ad Hominem Argmentum dan argument from authority (argumentum ad verecundiam).
--------------------------------------------------------------------

TYI
//JJ: Pihak TYI telah keliru memahami pendapat Michael Brown dengan mengatakan bahwa Michael Brown seolah-olah berpendapat asal kata Echad adalah compound unity. Padahal sangat jelas Michael Brown dalam bukunya tersebut (Answering Jewish Objection to Jesus, Vol 2) hanya menyatakan ".. Actually, ’echad simply means “one,” exactly like our English word “one"..." dan kata ini bisa merujuk pada composite/compound unity atau absolute unity…//

Jadi di sini pihak kristen sepakat dengan tidak ada-nya atau absurd-nya konsep “composite unity” yang sering diajukan untuk menjelaskan “kebenaran” trinitas dalam TaNaKH. Seperti dalam Shema yang seolah-olah menyiratkan adanya trinitas dalam kata Ibrani Echad, karena makna asal echad adalah "satu" dan didalam Tanakh kontext "satu" pada ketuhanan selalu Tuhan yang SATU tidak pernah ada embel-embel majemuk.

Tanggapan JJ
Pihak TYI keliru merumuskan posisi kami bahwa  konsep composite unity tidak ada dalam Tanakh. Padahal maksud kami di sini kata Echad dalam Shema yang diartikan  sebagai “Satu” tidaklah berbicara His Essential Nature dari YHWH, sehingga kata Echad ini bisa berarti Satu dalam Satu atau Tiga dalam Satu.

Dalam Tanakh, kata Echad bisa merujuk pada composite unity maupun absolute unity. Tidak tepat langsung diklaim kata Echad jika berbicara dalam konteks ketuhanan harus diartikan “absolute unity”. Dasarnya apa? bukankah kata Echad dalam Shema hanya diartikan “Satu” saja tanpa penjelasan apa-apa. Ini jelas sebuah eisegese bahkan salah satu logical fallacy: circular reasoning yaitu memasukan doktrin ke dalam Text kemudian merujuk pada Text itu untuk membuktikan doktrin tersebut.

Ada berapa contoh dalam Tanakh kata Echad dalam pengertian composite unity seperti frase “goy echad” atau “satu bangsa” dalam 2 Sam 7:23. Bangsa Israel yang dimaksud memang hanya satu bangsa, namun bukankah dalam satu bangsa itu terdiri atas pribadi-pribadi orang Israel. Pengertian composite unity bisa saja diambil untuk pengertian Echad dalam Shema, namun kami tidak melakukan ini, karena point kami jelas bahwa Echad dalam Shema bukan berbicara Nature dari YHWH. Dari konteksnya kata Echad ini mengajarkankan tentang YHWH sebagai satu-satuNya Tuhan diantara banyak tuhan seperti Baal dll yang dipercayai suku bangsa di sekitar bangsa Israel.

TYI
Rabbi Benyamin Abrahamson seorang rabbi orthodox di Yerusalem yang juga mendapatkan pengakuan dari para rabbi orthodox terkemuka di dunia. ketika di tanya mengatakan : Does the word echad mean"composite unity" as many Christians say.

Rabbi Ben Abrahamson replied: No not really. Like arabic, when used with a noun, it can mean a grouping together of things under one name. Like "sefer echad" means "one book", even though it has a cover, table of contents, chapters, etc. However, when used without a qualifier, as it is in Deut 6:4, it means "the source of all things". The One. The Creator all of creation. There are many other Torah verses that teach that God is also indivisible (Yachid).

Rabbi Ben Abrahamson also adds:
"united oneness" is a strange term. Everything in this world, "one book", "one cup", "one house", "one tree" is one thing that is made up of parts. But this never applies to its essence. And when used as "One" without a noun, it means the Creator of everthing.

Tanggapan JJ
Pihak TYI hanya mengulangi pernyataan Abrahamson yang telah kami tanggapi sebelumnya. Namun perlu kami tegaskan kembali, pendapat Abrahamson ini tidak bisa menjadi dasar bahwa kata Echad tanpa qualifier itu berarti absolute unity.

Sh'ma Yisra'eil Adonai Eloheinu Adonai echad.
Hear, Israel, the Lord is our God, the Lord is One.

Justru karena hanya ada kata Echad tanpa qualifier maka maknanya harus dilihat dari konteksnya bukan berspekulasi mengartikan kata itu sendiri dengan pemahaman sendiri. Silahkan lihat kembali penjelasan dari The JPS Torah Commentary yang telah kami sajikan sebelumnya.

Abrahamson menyatakan “There are many other Torah verses that teach that God is also indivisible (Yachid)”. Namun setelah dilacak dalam Tanakh terdapat 8 ayat yang terdapat kata Yachid dalam pengertian “satu-satunya, tunggal” dan tidak ada  satupun ditujukan kepada Allah. Lalu ayat yang mana yang dimaksud Abrahamson?

Kej 22:2  And He said: 'Take now thy son, thine only son [yachid], whom thou lovest, even Isaac..
Kej 22:12    thou hast not withheld thy son, thine only son [yachid], from Me.'
Kej 22:16  .... , and hast not withheld thy son, thine only son [yachid],
Hak 11:34  … and she was his only child [yachid];  beside her he had neither son nor daughter.
Ams 4:3  For I was a son unto my father, tender and an only one [yachid] in the sight of my mother
Yer 6:26  ..  make thee mourning, as for an only son [yachid]…
Amo 8:10  … and I will make it as the mourning for an only son [yachid]..
Zak 12:… and they shall mourn for him, as one mourneth for his only son [yachid],

Karena hanya kata Yachid yang memang selalu bermakna “absolute unity”, maka Rambam lebih memilih menggunakan kata ini dibanding kata Echad dalam rumusan keesaan Allah. Jika memang Allah bermaksud mengajarkan tentang keesaanNya yang “absolute unity” maka seharusnya kata Yachid yang digunakan dalam Shema.
---------------------------------------------------------------------------------

TYI
//JJ: Jika Michael Brown terkesan diberi stigma negatif "berbaju Yahudi" oleh pihak TYI, maka Rabbi Ben Abrahamson justru diapresiasi begitu tinggi oleh pihak TYI dengan menyatakan sebagai seorang rabbi yang mendapatkan "pengakuan" dari para rabbi orthodox terkemuka di dunia. Namun rabbi-rabbi orthodox terkemuka yang mana saja yang dimaksud pihak TYI ini?.  Justru Ben Abrahamson dipertanyakan status ke-rabbi-annya dalam forum Judaism berikut ini: http://messiahtruth.yuku.com/topic/.... Salah satu member (Prof. Mordochai ben-Tziyyon) menduga Ben Abrahamson memiliki kaitan dgn heretic Judaism yang kemudian dijawab oleh Ben Abrahamson. Menariknya dari jawaban Abrahamson dia menyatakan "..I am a historian, not a pulpit Rabbi". Namun oleh pihak TYI posisi Ben Abrahamson dibesar-besarkan dengan menyebut sebagai rabbi orthodox yang diakui oleh rabbi-rabbi orthodox terkemuka. Bahkan pihak Islam sendiri ada yang kritis terhadapnya dan justru beranggapan ajaran Ben Abrahamson berbahaya terhadap Islam karena mengusung konsep pluralisme agama. https://jalanibrahim.wordpress.com/...///

Saya pribadi mengenal Mordechai selama 2 tahun sebelum Ia dinyatakan meninggal oleh sesorang yang bernama Binyamin Ben-Tzion yang mengaku putra nya , saya belajar Torah Ibrani dengan yang bersangkutan seperti juga dia belajar Bahasa Arab Al Qur’an ke saya, saya tahu pasti pernyataan Mordechai tersebut didasari dari ketidak-tahuannya, namun dari penjelasan Abrahamson jelaslah bahwa dia seorang rabbi yang yang bekerja dibawah pengawasan dewan rabbi -rabbi terkemuka di Yerusalem, istilah pulpit disini ialah yang mengabdi ke sinagoga tertentu karena Abrahamson seorang rabbi yang bekerja di pengadilan lintas rabbi-rabbi yang terkemuka di Yerusalem http://www.jewishpress.com/author/b... ,tidak lah mungkin seseorang yang bukan rabbi orthodox dan menjalankan halakha bisa menempati posisi yang sedemikian penting dan dikenal mendapatkan pengakuan dari rabbi-rabbi senior di Yerusalem dan dunia.

Tanggapan JJ
Mari kita lihat biography singkat Ben Abrahamson dari link tersebut.
Author Biography Ben Abrahamson is an orthodox Chassidic Jew from Israel who works as historian and consultant to an important Rabbinical Court in Jerusalem. He enjoys talking about the Haddith; histories of Tabari, Ibn Hisham & Waqidi; the kings of Himyar, as well as the Midrash Rabbah, the Midrashei Geulah, Rambam, Tosefos & Shulchan Aruch. http://www.jewishpress.com/author/ben-abrahamson/

Ben Abrahamson adalah consultant dalam Rabbinical Court di Jerusalem tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam karena pemahamannya yang luas terhadap sumber-sumber Islami seperti Hadith, Tafsir Islam, Sirah dll. Pada link yang lain disebutkan dia bertindak sebagai Advocate untuk Islam dan Muslim.
For ten years he functioned as an advocate for Islam and Muslims, to be recognized and achieve their proper, respected place in Jewish law… Ben has a Bachelors of Science degree in Computer Science and Cognitive Psychology. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=926398684098221&id=926396000765156

Namun dari informasi ini background Ben Abrahamson yang dianggap berotoritas dalam membahas masalah Echad dalam Shema ini jelaslah tidak begitu relevan. Karena memang spesialisasinya pada masalah-masalah Islam. Bahkan point Ad Hominem Argumentum pihak TYI yang cenderung meremehkan credential academic Michael Brown pada bidang bahasa bukan teologi, justru menyerang balik figur idolanya. Gelar Bachelor dari Abrahamson di bidang Computer Science & Cognitive Psychology yang tidak ada kaitan dalam pengkajian Echad dalam Shema ini. Bandingkan dengan Brown yang bachelornya Hebrew Language dan post graduatenya pada studi berbagai literatur kuno yang sudah tentu ikut mempelajari berbagai tulisan rabinik. Lalu point pihak TYI yang memainkan argument from authority lebih tepat ke siapa? Brown atau Abrahamson?

Ben Abrahamson memang salah satu penulis favorit pihak TYI disamping Saadia Gaon, tetapi masalahnya apakah Abraham telah menerima Islam dan syariahnya. Lalu mana tanggapan pihak TYI atas kekhawatiran salah satu penulis Islam tentang ajaran Ben Abrahamson yang mengusung konsep pluralisme agama yang mirip dengan JIL? https://jalanibrahim.wordpress.com/...
---------------------------------------------------------------------------------

TYI
Sekali lagi karena hampir semua kata echad yang dipakai dalam Tanakh bermakna tunggal absolut hanya sebagian kecil situasi dengan konteks jamak kesatuan, tidaklah mungkin Hashem sengaja tidak memberitahukan informasi yang penting ini bahwa dalam Shema bahwa “echad” disini bernakna jamak dimana Tuhan itu 3 pribadi , bagaimana mungkin Hashem membiarkan kan umat Yahudi tersesat dalam memahami hakekat Hashem dengan tidak pernah memberitahukan hal ini kepada mereka seperti apa hakekat Hashem yang sesungguhnya.

Tanggapan JJ
Justru sebaliknya jika Tuhan memang ingin memberitahukan His Nature sebagai Absolute Unity maka yang akan digunakan adalah Yachid sebagaimana digunakan dalam ayat-ayat lain dalam Tanakh yang SELALU berarti “satu-satunya, tunggal” atau “absolute unity”. Karena terbukti kata Echad juga digunakan dalam beberapa ayat dalam pengertian Composite/Compound Unity seperti goy echad, am echad dll.  

Demikian pula dari konteks Ul 6:4 kita mendapat pengertian yang jelas bahwa ayat itu sedang berbicara tentang YHWH yang satu-satunya dibanding tuhan yang lain. Senada dengan kitab Yesaya yang menjelaskan bahwa hanya YHWH satu-satunya Allah,  satu-satunya Pencipta dan satu-satunya Awal & Akhir,

Yes 45:5  I am the LORD, and there is none else, beside Me there is no God;
Yes 45:18  For thus saith the LORD that created the heavens, He is God; that formed the earth and made it, He established it, He created it not a waste, He formed it to be inhabited: I am the LORD, and there is none else.
Yes 44:6  Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.

Kekristenan meneguhkan ayat-ayat dalam Yesaya ini sebagaimana Shema dalam Ul 6:4. Dalam Perjanjian Baru dinyatakan bahwa Yesus juga adalah pencipta, yang Awal & Akhir dsb yang merupakan otoritas eksklusif milik Allah.  Sehingga keesaan Allah (Shema) yang diajarkan dalam Tanakh include di dalamnya Yesus yang adalah Firman Allah dan include Roh Kudus. Saya kira masalah Trinity ini perlu pembahasan tersendiri di luar topik ini. Sudah tentu kita tidak boleh mendekati persoalan ini secara matematis. Tetapi mengikuti dengan setia apa yang disampaikan oleh Alkitab melalui eksegese yang cermat.

Bersambung...
Share: