Tampilkan postingan dengan label Historitas Injil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Historitas Injil. Tampilkan semua postingan

Bangkitnya orang-orang Kudus (Mat 27:52-53)

Pengantar
Mat 27:52-53 "dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang"
Mat 27:52-53 merupakan ayat-ayat yang “sulit” dipahami, sehingga sering dipertanyakan banyak pihak baik muslim maupun agnostik/atheist. Kisah orang kudus yang telah meninggal, bangkit, masuk ke kota kudus & menampakan diri memang memiliki kesan "misterius". Karena secara logis kisah itu seharusnya menggemparkan kota Yerusalem (kota kudus) namun tidak ada catatan  kisah itu dalam sejarah Yahudi yang ditulis Yoshepus sejarawan Yahudi abad pertama, bahkan tidak tercatat dalam kitab Injil lainnya selain Matius. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa tulisan itu hanyalah tambahan belakangan atau kisah itu harus dipahami secara alegoris (metafora) bukan kisah faktual.
JAWABAN
Untuk menjawabnya, pertama-tama kita perlu memastikan dulu berdasarkan manuscript kuno, apakah ayat 52 & 53 hanyalah tambahan belakangan. Berikut ini text Yunani untuk Mat 27:53

ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Westcott/Hort with Diacritics
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς.
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Greek Orthodox Church
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων, μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς.
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Tischendorf 8th Ed. with Diacritics
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς.
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Stephanus Textus Receptus (1550, with accents)
καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων μετὰ τὴν ἔγερσιν αὐτοῦ εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Byzantine/Majority Text (2000)
και εξελθοντες εκ των μνημειων μετα την εγερσιν αυτου εισηλθον εις την αγιαν πολιν και ενεφανισθησαν πολλοις
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 27:53 Greek NT: Textus Receptus (1894)
και εξελθοντες εκ των μνημειων μετα την εγερσιν αυτου εισηλθον εις την αγιαν π

Ternyata dari seluruh manuscript yang ada semuanya memuat kedua ayat tersebut dan tidak ada bukti ayat tambahan belakangan. Hal ini didukung bukti dari kutipan bapa-bapa gereja yang mencantumkan kedua ayat ini.

Berikut ini daftar bapa-bapa gereja yang pernah mengutip Mat 27:52-53:
Ignatius (c. 35-107), Irenaeus (c. 130–200), Clement of Alexandria (c. 150-215), Tertullian (c. 160-225), Julius Africanus (c. 160-240), Origin (c. 185-254), Hippolytus of Rome (c. 170-236), Cyprian of Carthage (b.?, martyred September 14, 258), Eusebius (c.260-340), Alexander of Alexandria (b.? - 328).
Referensi: Ante-Nicene Fathers, the Writings of the Fathers Down to A.D. 325, by Alexander Roberts and James Donaldson, Hendrickson Publications, Peabody, MA, 1994

Jadi jelaslah bahwa Mat 27:52-53 adalah ayat-ayat otentik dan para bapa gereja telah mengenal ayat-ayat ini. Selanjutnya kita akan menganalisis apakah ayat-ayat ini hanya ungkapan alegoris atau menceritakan kisah faktual. 
Mat 27:50 Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Mat 27:51 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
Mat 27:52 dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Mat 27:53 Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
Mat 27:54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Kita perlu mendaftarkan dulu beberapa informasi yang cukup jelas dalam ayat-ayat di atas.
- Tabir Bait Suci terbelah dua
- Terjadi gempa bumi & Bukit-bukit batu terbelah
- Kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit
- Sesudah kebangkitan Yesus, orang kudus itu masuk ke kota kudus (jelas dimaksud Yerusalem)
- Mereka menampakan diri ke banyak orang (tetapi tidak semua orang)

Kisah tentang “orang kudus” digabungkan dalam rangkaian kisah lainnya berupa kisah terbelahnya tabir bait suci serta beberapa peristiwa alam seperti gempa bumi, bukit batu terbelah dan pada ayat 45 terjadi kegelapan. Pada ayat  54 dituliskan kepala pasukan & para prajurit menyaksikan terjadinya gempa bumi & peristiwa lainnya. Ini menunjukan bahwa peristiwa alam seperti gempa bumi itu bukanlah kisah ‘alegoris’ tetapi kisah faktual.

Peristiwa alam ini dikoroborasi oleh bukti catatah sejarah, yaitu:
- Phlegon seorang penulis Yunani dari Caria (137M) menuliskan “… that in the fourth year of the 202nd Olympiad [33 A.D.]. that there was "the greatest eclipse of the sun" and that "it became night in the sixth hour of the day [12:00 noon] so that no star even appeared in the heavens. There was a great earthquake in Bithynia, and many things were overturned in Nicea." (Origen Against Celsus)
- Thallus seorang ahli sejarah Palestina dikutip oleh Julius Africanus (232-245 M), Julius menuliskan "..This darkness Thallus, in the third book of his History, calls, as appears to me without reason, an eclipse of the sun." (The Ante-Nicene Fathers volume 6 p.136.)
- Dionysius of Alexandria (246-265 A.D.) menyebutkan terjadinya gempa bumi dalam Matius (Letter to the Bishop Basilides canon 1 p.94)

Peristiwa terbelahnya tabir Bait Allah memiliki kaitan dengan tulisan dalam Talmud
"Our Rabbis taught that throughout the forty years that Shim'on the Tzaddik served,... the scarlet cloth would become white. From then on it would sometimes become white and sometimes not.... Throughout the last forty years before the Temple was destroyed... the scarlet cloth never turned white." (Yoma 39a-39b).

Berdasarkan data sejarah ini, sangatlah jelas bahwa peristiwa alam seperti gempa bumi, bukit batu terbelah (akibat gempa) dan kegelapan serta terbelahnya tabir bait Allah merupakan kisah faktual bukan alegoris. Maka secara logis, kisah tentang “orang kudus” yang tergabung dalam kisah peristiwa alam tersebut juga adalah kisah faktual dan bukan alegoris. Sedangkan kisah dalam Injil yang bersifat alegoris berada dalam genre puitis atau dalam pengajaran Yesus melalui perumpamaan. Sedangkan kisah “orang kudus” dalam Mat 27:52-53 merupakan genre narasi deskriptif. Hal ini sejalan dgn kisah kebangkitan Kristus yang juga bukan kisah alegoris tetapi kisah faktual.

Penolakan terhadap kisah "orang kudus" yang dikemukan para agnostik/atheist didasari pada pemahaman yang anti hal-hal supranatural seperti mujizat. Namun ada banyak bukti melimpah mengenai eksistensi hal-hal supranatural seperti fenomena demonik & okultisme. Bagi mereka yang percaya adanya Tuhan seharusnya menerima peluang adanya mujizat sebagai intervensi ilahi dari Tuhan dalam sejarah manusia. Peristiwa kebangkitan seperti yang terjadi pada “orang kudus” bukanlah hal yang “asing”. Ada banyak kisah kebangkitan orang mati dalam Perjanjian Baru, seperti Lazarus, anak Yairus, Eutikhus dan terutama kebangkitan Kristus. Bahkan dalam Perjanjian Lama terdapat kisah yang juga spektakuler.
2 Raj 13:21 “…Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.

Bukankah kisah “orang kudus’ seharusnya menggemparkan Yerusalem?
Mari kita perhatikan ayat-ayat tersebut secara teliti. Kalimat “… banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” dan kalimat “…menampakkan diri kepada banyak orang”. Di sini tidak disebutkan “semua” tetapi “banyak”, kata ‘banyak” dalam tulisan Matius lebih menunjukan jumlah yang terbatas.
Mat 8:16 “Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan …
Mat 9:10 “Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa …

Tidak semua orang kudus dibangkitkan tetapi hanya beberapa orang sesuai pilihan & kedaulatan Tuhan. Dan ini mengindikasikan mereka yang mati pada masa itu dan bukan orang pada masa perjanjian lama seperti para nabi (Musa). Mereka dikuburkan di sekitar Yerusalem dan tipe tubuh kebangkitan mereka sama dengan Lazarus yaitu keluar dari kubur yang terbuka dengan tubuh alami dan akan mengalami kematian yang kedua. Mereka yang telah dibangkitkan itu juga tidak langsung menunjukan diri di hadapan umum (semua orang) tetapi di kalangan yang terbatas seperti keluarga & kerabat mereka saja.

Hal ini seperti yang dilakukan Yesus, Dia tidak tampil di muka umum tetapi di kalangan tertentu saja.
Kis 10:40-41 Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.

Selain itu perhatian terhadap kisah kebangkitan "orang kudus" dikalahkan oleh kisah yang jauh lebih besar yaitu kebangkitan Kristus yang terjadi pada masa yang sama. Penyaliban Yesus sebelumnya telah menjadi titik perhatian utama masyarakat Yerusalem & sekitarnya dan berpuncak pada peristiwa kebangkitanNya yang sangat menggemparkan. Maka cukup logis menyatakan kisah kebangkitan "orang kudus" tidak menjadi perhatian yang utama pada masa itu. Apalagi bangkitnya orang mati & kemudian hidup kembali bersama-sama dalam komunitas mereka bukanlah hal yang baru bagi mereka seperti yang terjadi pada kisah kebangkitan Lazarus.

Mengapa hanya Matius menuliskan kisah ini?
Para penulis Injil tidak bermaksud mencatat semua peristiwa yang terjadi, tetapi hanya hal-hal yang menurutnya perlu dicatat sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan injil masing-masing.
Yoh 20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah….
Yoh 21:25 Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Orientasi penulisan Injil Matius ditujukan kepada orang Yahudi berbeda dengan Lukas ke gentiles & Markus ke Yahudi helenistik, Matius lebih menekankan pada aspek Yudaisme terutama kemesiasan Yesus. Sehingga kisah Mat 27:52-53 dimasukan oleh penulis Injil Matius karena berkaitan erat dengan konsep mesianik. Pada masa itu pemahaman Yudaisme, beberapa orang kudus akan dibangkitkan saat kedatangan Mesias, seperti  dikatakan seorang Rabbi dalam Talmud:
"R. Jeremiah commanded, 'When you bury me, put shoes on my feet, and give me a staff in my hand, and lay me on one side; that when Messias comes I may be ready." (dikutip oleh Lightfoot, _Commentary of the New Testament from the Talmud and Hebraica, in.loc.)

Mari kita baca komentar dari salah satu pakar Perjanjian Baru, Raymond Brown dalam bukunya Death of Messiah, hal 1140
"... Matt's second motive in adding v. 53 was the fulfillment of Scripture. Above I pointed out how much Ezek 37 with its creative description of the enlivening of the dry bones influenced Jewish imagination in picturing the resurrection of the dead. The first part of Ezek 37:12-13, "I will open your tombs," probably shaped the third line of the quatrain of Matt 27:51b-52b, "And the tombs were opened." But the Ezek passage continues: "And I will bring you up out of your tombs, and I will lead you into the land of Israel.

Then you shall know that I am the Lord." Even as elsewhere Matt enhances the scriptural background and flavoring of material taken from Mark, so here scripturally he goes beyond the quatrain by offering in 27:53 the fulfillment of the rest of the Ezek passage: "And having come out from the tombs, . . . they entered into the holy city [of Jerusalem]." Another biblical passage may have shaped Matt's addition, especially the last clause "and they were made visible to many," i.e., Isa 26:19 (LXX): "Those in the tombs shall be raised, and those in the land [or on the earth] shall rejoice..."

Mengapa kisah ini tidak ditulis oleh Yosephus? …
Yosephus hidup pada akhir abad pertama jauh setelah peristiwa kebangkitan “orang kudus” terjadi. Yosephus lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat gerakan politis, sehingga kisah Yesus kurang menjadi perhatiannya. Memang ada beberapa tulisan yg mengarah pada Yesus seperti dalam , The Antiquites 18.6-64

"...Pada kira-kira waktu ini hiduplah Yesus, seorang manusia yang bijaksana, jika memang seseorang seharusnya menyebut dia seorang manusia. Karena ia adalah seseorang yang mengadakan hal-hal yang mengejutkan … Pada hari ketiga ia menampakan diri kepada mereka dalam keadaan kembali hidup, karena nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan hal-hal ini dan tak terhitung banyaknya hal-hal menakjubkan lainnya mengenai dia… ".

Yosephus menuliskan beberapa informasi tentang Kristus yang membuktikan historitas Kristus termasuk Yesus sebagai pembuat mujizat melalui frase "mengadakan hal-hal yang mengejutkan" & dikenal oleh mayoritas para ahli Perjanjian Baru sebagai otentik. Termasuk frase "hari ketiga menampakan diri" yang merujuk pada kebangkitan Kristus. Namun Yoshepus tidak menulis rinci kisah kematian & kebangkitan Kristus padahal kisah-kisah itu menggemparkan karena Yoshepus memang tidak tertarik menulisnya secara lengkap. Maka cukup logis menyatakan bahwa kisah kebangkitan "orang kudus" yang kalah populer dari kisah kebangkitan Kristus wajar tidak ada dalam tulisan Yoshepus. Sedangkan kisah kebangkitan Kristus kurang menjadi perhatiannya apalagi kisah kebangkitan "orang Kudus".

Namun kita memiliki referensi kuno mengenai kisah ini, salah satunya dari Quadratus apologist pada permulaan abad ke-2 (117-138).
"...But our Savior's works were permanent, for they were real. Those who had been cured or rose from the dead not only appeared to be cured or raised but were permanent, not only during our Savior's stay on earth, but also after his departure. They remained for a considerable period, so that some of them even reached our times." (Greek Apologists of the Second Century, Robert M. Grant, Westminster: 1988)
Quadratus menyatakan bahwa ada beberapa orang yang telah dibangkitkan Yesus dan kemungkinan termasuk “orang kudus” tersebut, ada yang memiliki usia panjang bahkan mencapai masa hidup Quadratus.

Beberapa referensi dari bapa-bapa gereja berikut ini, juga merujuk pada kisah kebangkitan “orang kudus” .
- Irenaeus (182-188 A.D.), dalam tulisan "Fragments from the Lost Writings" (Ante-Nicene Fathers), menyebutkan "…when Jesus descended, many souls ascended and were seen in their bodies." Dia juga menuliskan dalam Against Heresies book 4 ch.34 p.512, "… And the points connected with the passion of the Lord, which were foretold, were realized in no other case. For neither did it happen at the death of any man among the ancients that the sun set at mid-day, nor was the veil of the temple rent, nor did the earth quake, nor were the rocks rent, not did the dead rise up, nor was any one of these men [of old] raised up on the third day, nor received into heaven… Therefore the prophets spake not of any one else but of the Lord, in whom all these aforesaid tokens concurred."
- Ignatius (before 116 A.D.), a disciple of the apostle John, in his Letter to the Magnesians, chapter 9, mentions those whom Jesus raised.
- Clement of Alexandria (193-217 A.D.) dalam Stromata book 6 chapter 6 mengatakan "… But those who had fallen asleep, descended dead, but ascended alive.’ The Gospel says, ‘that many bodies of those that slept arouse - plainly as having been translated to a better state. There took place, then, a universal movement and translation through the economy of the Savior."
- Origen (225-254 A.D.) mentions the darkness over the land, and the tombs split open in Against Celsus book 2 chapter 33 p.445.

Dari pembahasan ini berdasarkan kajian manuscript, eksegesis & sejarah bisa disimpulkan bahwa kisah bangkitnya “orang-orang kudus” adalah kisah faktual yang benar-benar terjadi.
Share:

Historitas Percakapan Yesus dan Nikodemus

Pengantar: Bart Ehrman penulis best seller Misquoting Jesus meragukan keotentikan Injil dengan mengajukan salah satu alasan tentang kisah Nikodemus yang menurutnya tidak mungkin terjadi. Pembahasan ini akan menguji secara detail argumentasi tersebut.

ARGUMENTASI LIBERALISME
Beberapa kisah dalam Injil bukanlah kejadian sejarah sesungguhnya tetapi hanya imajinasi penulis demi sebuah pengajaran teologis yang sedang dikembangkannya. Salah satunya percakapan Yesus dan Nikodemus (Yoh 3).

Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa Nikodemus salah mengerti tentang perkataan Yesus ketika Yesus mengatakan "engkau harus lahir kembali". Kata yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah “anothen” yang memiliki dua makna yaitu “dari atas” dan “kembali”. Dari percakapan tersebut Nikodemus mengerti kata ‘anothen” dengan arti “lahir kembali” sedangkan Yesus memaksudkan pengertian kata itu yaitu “lahir dari atas”. Permasalahannya adalah tidak ada kata “anothen” yang memiliki dua arti dalam bahasa Aramik. Sedangkan Yesus berkomunikasi pada masa itu menggunakan bahasa Aramik. Sehingga secara logis kisah percakapan Yesus dengan Nikodemus yang tercatat dalam Injil Yohanes tidak pernah ada atau hanya imajinasi penulis untuk mendukung pandangan teologisnya.
JAWABAN
Jika kita memperhatikan tulisan dalam Injil sangatlah jelas berisi catatan sejarah disamping pengajaran teologis. Banyak bukti yang mendukung historitas dari Injil seperti yang telah dibahas dalam artikel lainnya. Saat ini kita akan membahas secara khusus tentang sebuah kisah yang dianggap bukan sejarah yaitu percakapan Yesus dan Nikodemus.

Masalah ini masuk dalam kategori persoalan berat & serius karena berkaitan dengan historitas Injil Yohanes. Bahkan isu ini dipakai Bart Ehrman dalam studi kritisnya terhadap integritas perjanjian baru. Literatur yang membahas masalah “born again” (lahir kembali) cukup banyak namun yang khusus membahas masalah semantik born again vs from above sangat sedikit & kurang lengkap. Sehingga saya perlu melakukan riset khusus untuk topik ini dengan eksegese yang teliti dan studi literatur.

Dari hasil analisis, masalah ini bisa dipecahkan dan kunci jawabannya terletak pada penggunaan double meaning (makna ganda) dari kata “anothen”. Namun yang perlu diketahui dulu, double meaning ini memiliki dua jenis pengertian yang berbeda yaitu:
- Double meaning dari arti kata secara literal (harafiah) yang bervariasi
- Double meaning dalam pengertian antara arti kata literal atau arti kata alegoris.
Sekarang kita akan menyelidiki kata “anothen” dalam Yoh 10 ini memiliki pengertian double meaning yang mana? Untuk itu kita perlu membandingkannya ddengan percakapan Yesus lainnya yang menggunakan double meaning.

Pertama-tama kita melihat salah satu percakapan Yesus dengan para ahli Taurat yang membicarakan nubuatan Yesus tentang kematian & kebangkitanNya. Perikop yang membahas hal ini terletak tepat sebelum percakapan dengan Nikodemus.
Yoh 2:19 ”…Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”.
Kata bait Allah dalam bahasa Yunani ναός (naos) yang berarti a fane, shrine, temple (tempat keramat, candi atau Bait Allah). Di sini para ahli Taurat memahami kata ”naos” (Bait Allah) secara literal yaitu mengacu pada bangunan fisik dari Bait Allah.
Yoh 2:20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?".
Padahal yang dimaksud Yesus kata “naos” (Bait Allah) bukan dalam arti literal (harafiah) tetapi dalam pengertian alegoris yaitu diriNya sendiri.
Yoh 2:21 “Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri”.
Ayat tadi bisa diartikan dengan kalimat: kalian bisa membunuh (menyalibkan) Aku tetapi pada hari ketiga Aku akan bangkit kembali.

Contoh kedua penggunaan double meaning yaitu percakapan Yesus dengan perempuan Samaria. Letak perikop ini sesudah percakapan dengan Nikodemus. Dalam kisah itu Yesus berkata kepada perempuan Samaria tentang arti air dalam pengertian rohani (alegoris).
Yoh 4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Tetapi dimengerti oleh perempuan Samaria dalam pengertian literal yaitu air minum secara fisik. Kata minum bahasa Yunaninya pee'-no, pee'-o, po'-o yang berarti imbibe, drink (meminum, minum, minuman).
Yoh 4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

Dari kedua contoh ini Yesus menggunakan double meaning dalam pengertian literal (harafiah) vs alegoris. Penggunaan gaya bahasa alegoris ini banyak dijumpai pada perkataan-perkataan Yesus lainnya. Seperti kata ”roti hidup” dan ”daging-Ku”.
Yoh 6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Nah.. sampai disini kita bisa menduga secara kuat bahwa penggunaan kata ”anothen” dalam percakapan Yesus & Nikodemus berada dalam pengertian double meaning literal vs alegoris bukan variasi arti literal dari kata ”anothen”. Dari dasar pemikiran ini kita akan mengujinya lebih lanjut penggunaan katanya dalam konteks perikop.

Kata aslinya ανωθεν ditransliterasikan menjadi an'-o-then (anothen). Kata ini memiliki beberapa arti literal (harafiah) yaitu: from above (dari atas), from the first (dari pertama), again (kembali), from the beginning (dari permulaan). Strong’s Hebrew and Greek Dictionary.
Dari seluruh arti literal yang ada hanya dua arti literal yang digunakan oleh banyak terjemahan Alkitab yaitu “born again” dan “from above”.

LAI, NIV, KJV & Revised Standard: “born again”
ISV & NRSV: “born from above”
Fokus pembahasan ini tidak akan menentukan mana terjemahan yang tepat. Tetapi melihat kemungkinan kecocokan kedua kata ini dalam konteks perikopnya. Mari kita melihat satu persatu.

1. Born again
Arti kata ini sudah sejak lama digunakan sejak King James diterbitkan. Dalam Alkitab bahasa Aramik (Peshita) kata yang digunakan yaitu Yiled men d’resh (transliterasi), kata d’resh mempunyai arti “the first beginning”, “away from the head atau start a process”.
Yoh 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan “kembali” (born again), ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah
Ayat ini memiliki makna paralel dengan ayat berikut:
Mar 10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Mat 18:3 dan Luk 18:7).

Yesus jelas menggunakan kata “dilahirkan kembali” (born again) dalam pengertian lahir kembali secara rohani (alegoris) bukan lahir kembali secara fisik. Namun kata yang sama ini ”dilahirkan kembali” (born again) disalah mengerti oleh Nikodemus dengan pengertian lahir kembali secara fisik (harafiah).
Yoh 3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
Yoh 3:4 Nicodemus saith unto him, How can a man be born (gennaō) when he is old? can he enter the second time (deuteros) into his mother's womb, and be born?.
Pengertian Nikodemus ini berdasarkan pengggunaan kata gennaō (be born) dan deuteros (second time, again).

Karena Nikodemus salah mengerti maka Yesus mengoreksinya bahwa yang Ia maksud adalah lahir kembali secara rohani bukan secara fisik.
Joh 3:5-6 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Mari kita lihat perbandingan dari kata ”born again”:
- Lahir kembali secara spiritual disebut lahir dari Roh
- Lahir kembali secara fisik disebut lahir dari daging.
Intinya pengertian dari Nikodemus maupun Yesus berdasarkan pada kata yang sama ”anothen” atau dalam bahasa Aramik ” Yiled men d’resh” namun perbedaannya pengertian yang diambil oleh Nikodemus tetap pada arti literal yaitu lahir kembali secara fisik sedangkan Yesus memahaminya secara alegoris yaitu lahir secara rohani.

2. from above
Sekarang kita melihat penggunaan arti kedua dari “anothen” yaitu “dari atas” (from above). Apakah pengertian ini masih cocok dengan konteks perikopnya? Mari kita memeriksanya dengan sedikit memodifikasi terjemahan dari LAI.
Yoh 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak ”dilahirkan dari atas” (born from above again), ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.

Kesalahpahaman Nikodemus masih bisa terjadi mengacu pada kata kunci “lahir”. Nikodemus tetap bingung dengan kalimat ”seseorang tidak dilahirkan dari atas”. Karena Nikodemus tidak bisa memahami makna rohaninya maka secara sederhana dia akan mengaitkannya dengan keadaannya yang sudah lama dilahirkan. Dari pemahaman ini dia bisa mengeluarkan pernyataan dengan kalimat "apakah dia harus dilahirkan kembali?” (Ayat 4).

Selanjutnya Yesus menanggapinya dengan mengatakan:
Joh 3:5-7 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus ”dilahirkan dari atas” ( born from above).

Mari kita lihat perbandingan dari kata ”born from above”:
- Lahir dari atas yang sesungguhnya (lahir dari Roh)
- Lahir dari atas yang salah dimengerti sebagai lahir secara fisik (lahir dari daging)
Dari perbandingan ini sangatlah jelas bahwa kata ”lahir dari atas” (born from above) yang dimaksudkan Yesus lahir dari atas secara rohani tetapi oleh Nikodemus disalahartikan sebagai lahir secara fisik.

Berdasarkan analisis ini kita bisa ringkaskan dua point penting:
Yesus banyak mengajar melalui perumpamaan dan menggunakan double meaning dalam pengertian alegoris seperti percakapan dengan ahli Taurat dan perempuan Samaria. Percakapannya dengan Nikodemus harus dimengerti dalam pengertian double meaning arti literal vs alegoris bukan permainan kata dari variasi arti literal sebuah kata. Apalagi permainan kata seperti itu ccenderung mengarah tebak-tebakan dan Yesus tentu tidak akan melakukannya.
Kata ”anothen” memiliki dua arti literal yang dipilih dalam terjemahan Alkitab yaitu ”born again” dan ”from above”. Kedua-duanya jika digunakan masing-masing tetaplah cocok dengan konteks perikop. Salah satu dari arti literal ini pasti digunakan oleh Yesus dalam percakapannya dengan Nikodemus dalam bahasa Aramik. Namun untuk menentukan arti literal mana yang paling tepat perlu pembahasan lebih lanjut.
Kesimpulan yang bisa ditarik yaitu dugaan bahwa kisah percakapan Yesus & Nikodemus tidak pernah terjadi tidaklah memiliki dasar yang kuat dan kisah ini bukanlah hasil imajinasi penulis Injil tetapi merupakan sebuah catatan sejarah.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry
Share:

Apakah Mungkin para Murid yang Hanya Nelayan Menulis Injil?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Bahasa Yunani Koine yang digunakan dalam bahasa penulisan 4 Injil merupakan bahasa yang hanya diketahui oleh masyarakat kelas atas. Para penulisnya tentu orang yang berpendidikan dan bukan berasal dari masyarakat kelas bawah. Sedangkan murid-murid Yesus hanya rata-rata nelayan yang dikategorikan masyarakat kelas bawah dan mereka hanya mengenal bahasa Aramik. Berarti murid-murid Yesus bukanlah penulis Injil.

JAWABAN
Kita perlu menguji pendapat ini menggunakan data & referensi yang tersedia. Apakah benar bahwa para murid-murid tidak menguasai bahasa Yunani? ok let's examine it..

Dalam kehidupan sehari-hari para murid memakai bahasa Aramik sebagai bahasa pergaulan dan dalam aktivitas perdagangan & hubungan dengan orang lain mereka menggunakan bahasa Yunani Koine sebagai bahasa internasional pada saat itu. Sehingga kemungkinan besar mereka menguasai dua bahasa (billingual).
Merril C. Tenney (SPB): “Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi di pengadilan dan bahasa pergaulan sehari-hari, seperti yang terlihat dalam tulisan-tulisan di atas papirus, surat-surat cinta, tagihan, resep, mantera, esai, puisi, biografi, dan surat-surat dagang, semuanya tertulis dalam bahasa Yunani, bahkan tetap demikian hingga masa pendudukan Romawi.
Bruce Metzger (LN-TIB): “Bahasa Yunani, secara meluas dimengerti di Palestina, terutama di ‘Galilea wilayah bangsa-bangsa lain’ seperti yang disebut dalam Mat.4:15.

Penggunan bahasa Yunani tidak hanya kalangan atas tetapi juga menyentuh sampai lapisan masyarakat kelas bawah.
Sean Freyne, (GAGH): "There is general agreement that Greek was widely spoken in Palestine, even in Jerusalem and among nationalistic circle in New Testament times, a conclusion based on epigraphic, archaeological and literary evidence...these were not confined to the cities but were distributed throughout the villages and estate in charge of the affairs of the government. The frequent journey of the officials, some of higher, others of lesser rank, ensured a network of communication that tied village life to various cities and thouched everybody from the poorest peasant to the various village officials..."
"Ada semacam konsensus umum bahwa bahasa Yunani digunakan secara luas di Palestina termasuk di Yerusalem dan diantara lingkaran gerakan nasionalis pada masa Perjanjian Baru, kesimpulan ini didasarkan pada bukti epigrafi, arkeologi dan literal ... hal ini tidak terbatas pada kota-kota saja tetapi penggunaannya juga tersebar sampai ke kantor-kantor pemerintah di desa-desa. Kunjugan rutin dilakukan pejabat-pejabat tinggi atau pejabat yang lebih rendah yang memastikan terbentuknya jaringan komunikasi antara desa-desa dan kota dan menyentuh semua lapisan masyarakat mulai dari penduduk miskin sampai pejabat pemerintahan desa"

Dari data ini menunjukan bahasa Yunani sudah sangat umum di Palestina, bukan saja dikalangan atas tetapi juga di kalangan bawah. Sehingga cukup logis mengapa Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Selain itu tempat tinggal para murid di Galilea merupakan salah satu pusat perdagangan & aktivitas ekspor impor pada masa itu. Sedangkan Kapernaum merupakan desa nelayan dan perikanan merupakan salah pilar utama perekonomian di wilayah tersebut. Mereka tentu sering melakukan transaksi dagang yang kemungkinan besar menggunakan bahasa Yunani.

Siapa sebenarnya penulis Injil?
Dari keempat penulis Injil yang dikategorikan sebagai murid Yesus adalah Matius sang pemungut cukai dan Yohanes murid terkasih. Sedangkan Markus & Lukas kemungkinan masuk dalam kelompok 70 murid. Markus mencatat Injil Markus berdasarkan kesaksian dari Petrus sedangkan Lukas mencatatnya berdasarkan hasil penyelidikan dengan sumber Paulus & para rasul.

Pekerjaan Matius sebagai pemungut cukai (tax collector) di kota Kapernaum merupakan pekerjaan yang memiliki status yang lebih tinggi dari nelayan atau masyarakat umum lainnya. Mereka cukup kaya dan memiliki pergaulan yang cukup luas baik sesama pemungut cukai maupun “orang berdosa” lainnya kemungkinan orang non Yahudi (gentiles). Mat 9:10 "Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya". Dalam pekerjaan tentu dia harus tahu membuat laporan cukai/pajak untuk dilaporkan ke atasannya apalagi ini berkaitan dengan uang. Sehingga cukup masuk akal mengatakan bahwa Matius adalah penulis Injil Matius karena dia mampu untuk menulis. Eusebius menyatakan bahwa: “Matius disebutkan oleh Papias bahwa ia memiliki koleksi catatan berbagai perkataan (Yesus)

Petrus telah dikenal oleh jemaat mula-mula sebagai orang yang sering menggunakan penerjemah. Penerjemah juga sering merangkap sebagai penulis atau sekretaris. Seorang sekretaris bisa melakukan perubahan minor dalam redaksi kata, mirip seperti dilakukan seorang editor di masa kini. Petrus mendiktekan kesaksiannya kepada sekretaris ini menggunakan bahasa Aramik & kemungkinan juga menggunakan Yunani.
Eusebius mencatat hal ini :” This also the presbyter said: Mark having become the interpreter of Peter, wrote down accuratelym, though not in order, whatsover he remembered of things said or done by Christ...
"Seperti dikatakan presbiter: Markus menjadi penerjemah untuk Petrus, menuliskan secara akurat sesuai perintah apapun yang diingat dari hal-hal yang dikatakan & dilakukan oleh Kristus"

Lukas menuliskan Injil Lukas sebagai hasil laporan investigasi yang dilakukan. Sumber informasinya berasal dari para rasul sendiri yang pada masa itu berada di Yerusalem memimpin gerakan gereja mula-mula. Lukas adalah rekan Paulus juga menuliskan kitab Kisah Para Rasul. Kredibilitas Lukas sebagai seorang sejarawan tidak dapat dipungkiri. Unger mengatakan bahwa arkeologi telah membuktikan keotentikan kisah Injil, terutama Injil Lukas. Sir William Ramsay seorang arkeolog besar mengakui ketelitian Lukas terhadap topografi Asia Kecil. Tentu jika Lukas sudah begitu teliti terhadap data detail seperti itu apalagi dengan penulisan pengajaran Yesus yang jauh lebih penting.

Injil Yohanes ditulis oleh rasul Yohanes di Efesus. Ireneus (180 AD) menuliskannya dengan mengutip Polikarpus murid dari rasul Yohanes sendiri: "John, the disciple of the Lord, who leaned back on his breast, published the Gospel while he was resident at Ephesus in Asia..."
"Yohanes, murid Tuhan, yang bersandar dibahuNya, menuliskan Injil Yohanes saat dia tinggal di Efesus di Asia..."

Dari seluruh data ini menjadi jelas bahwa penulis Injil adalah para murid Yesus yaitu Matius & Yohanes serta Markus berdasarkan Petrus dan Lukas berdasarkan keterangan para rasul.

Jaringan ApologiaKristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru
- Bruce Metzger, The Language of the New Testament, dalam The Interpreter’s Bible
- Sean Freyne, Galilee from Alexander the Great to Hadrian 323 BCE to 135 CE: A Study of Second Tempel Judaism
Share:

Apakah para Murid bisa Membaca & Menulis ?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Memang benar bahasa Yunani Koine adalah bahasa yang umum di wilayah palestina pada masa itu. Para murid bisa mengerti bahasa Yunani tetapi apakah ada bukti bahwa mereka memiliki kemampuan membaca dan menulis? Wiliam Harris dalam bukunya Ancient Literacy mengatakan: “How many could read? Illiteracy was widespread throughout the Roman Empire. At the best of times maybe 10 percent of the population was roughly literate. And that 10 percent would be the leisured classes—upper-class people who had the time and money to get an education..."

"Berapa banyak yang bisa membaca? orang yang buta huruf banyak tersebar di wilayah kerajaan Romawi. Paling banyak hanya sekitar 10 persen dari jumlah populasi yang melek huruf. Dan yang 10 persen itu berasal dari lapisan masyarakat kelas atas yang memiliki waktu dan uang untuk mendapatkan pendidikan..."

JAWABAN
Untuk menanggapi argumentasi ini, saya membaginya menjadi dua bagian yaitu mengenai tingkat melek huruf di Palestina & Yesus sebagai seorang Rabi. ok let's explore it

1. Tingkat melek huruf di Palestina
Kita harus membedakan tingkat literasi di wilayah kerajaan Romawi secara umum dan Palestina (Israel) secara khusus. Sebab orang Israel memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan bangsa-bangsa lain. Craig Evans (FJ) membandingkan pendapat Willim Haris dengan Millard: “William Haris, (Ancient Literacy, 1989) menyimpulkan angka melek huruf sangat rendah dan Alan R. Millard (Reading and Writing in the Time of Jesus, New York University Press, 2000) menyimpulkan bahwa angka melek huruf lebih tinggi, terutama di antara orang Yahudi

Menurut pendapat Millard ada perbedaan antara wilayah Romawi secara keseluruhan dengan wilayah Palestina tempat orang-orang Yahudi. Pendapat Millard didukung oleh berbagai penemuan arkeologi seperti yg ditulis oleh Kugel and Greer (EBI):
Excavations within the territory of biblical Israel have turned up a number of practice alphabet texts, as well as isolated letters, or letters apparently grouped by similarity of shape, and other materials indicative of elementary instruction. These finds, unearthed at Lachish, Arad, Kuntillat-Ajrud, and other sites, suggest the existence of some form of literacy training in these locations by the eighth century B.C.E. hth century
"Penggalian-penggalian yang dilakukan dalam wilayah teritori Israel mendapatkan sejumlah penggunaan teks alfabet dalam surat-surat yang terpisah atau surat-surat yang dikelompokkan berdasarkan kemiripan bentuk dan beberapa material lainnya berupa perintah-perintah dasar. Penemuan-penemuan ini ditemukan di Lachish, Arad, Kuntillat-Ajrud dan lokasi lainnya, memberikan petunjuk eksistensi adanya beberapa bentuk dari latihan membaca menulis pada lokasi-lokasi tersebut di sekitar abad 8 SM"

Bahkan E.P. Sanders (JPB) salah seorang sarjana terkemuka dalam studi Yesus Sejarah (Historical Jesus) menyatakan hal yang senada:
…There was an abundance of people with scribal skills in 1st century Palestine, many of whom would have heard Jesus speak and some/many of whom became followers of His after such encounters. It is not improbable that these skilled people 'took notes', some of which were probably included in Luke's comment that "many had undertaken to put together an account of Jesus life (Lk 1)..”.
"..Ada begitu banyak orang yang memiliki kemampuan menulis pada abad pertama di Palestina, banyak diantara mereka yang mendengar perkataan Yesus dan beberapa diantaranya menjadi pengikut Yesus setelah mereka berjumpa denganNya. Bukan hal tak mungkin mereka ini memiliki catatan-catatan (perkataan Yesus), kemungkinan inilah yang dimaksud oleh Lukas yang mengatakan bahwa banyak yang mencatat tentang kehidupan Yesus(Luk 1)"

Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa tingkat literasi di kalangan komunitas Yahudi di Palestina jauh lebih maju dibanding daerah lain di wilayah kerajaan Romawi. Secara logis ini berkaitan dengan sistem keagamaan mereka yang sangat menjunjung tinggi Taurat dengan tradisi pengajaran secara turun temurun.
Ul 6:7haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu …”. Ul 6:9…dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”.
Konteks ayat ini secara khusus berkaitan dengan ajaran tentang keesaan Tuhan (Shema)dan secara umum tentang aturan-aturan Taurat. Menurut tradisi rabinik jumlah aturan dalam Taurat mencapai 613 aturan yang dikenal dengan nama Mizvot.

Dari catatan sejarah non biblikal kita menemukan tradisi pengajaran ini seperti yang ditulis oleh Flavius Yoshepus sejarawan Yahudi abad 1 dalam Against Apion (1:60):
Di atas semuanya kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan kepada anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan praktek kesalehan yg dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas penting dalam kehidupan”. Against Apion 2:204).. (Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-anak) diajar membaca supaya dapat belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang mereka”.

Memang tidak otomatis semua orang tua di Palestina pada masa itu mengajarkan membaca & menulis pada anak-anaknya. Tetapi dari data yang ada menunjuk probabilitas yang tinggi bahwa banyak orang Yahudi pada masa itu sudah melek huruf termasuk murid-murid Yesus. Bahkan kemungkinan diantara mereka yang mendengarkan pengajaran Yesus ikut mencatatnya. Apalagi dengan para murid yang hidup bersama-sama dengan Yesus selama kurang lebih 3,5 tahun.

2. Yesus seorang Rabi
Hampir semua sarjana bereputasi menerima konsep bahwa Yesus itu melek huruf. Data dalam Injil tentang hal ini sangat berlimpah. Dalam Luk 4:16-30 dituliskan bahwa Yesus membaca dari gulungan kitab Yesaya dan kemudian menyampaikan khotbah. Yoh 8:6 mengatakan Yesus membungkuk dan menulis di tanah dengan jariNya. Yesus sering mengutip ayat-ayat dalam kitab Perjanjian Lama, mengajarkannya bahkan berdebat dengan para ahli Taurat. Dalam dialog dengan ahli Taurat Yesus beberapa kali berkata ”belum pernahkah kamu membaca?” ini jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri pasti tahu membaca.

Bahkan lebih dari itu Yesus juga disebut sebagai Guru yang dalam bahasa Ibrani disebut Rabi dan dalam bahasa Aram disebut Rabuni. Yesus sendiri dan orang-orang lain memanggil pengikutnya ”murid”. Murid dalam bahasa Yunani "mathētēs" yang berarti a learner,pupil atau disciple (murid/pelajar).

Seperti yang dicatat dalam Injil bahwa para murid meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus, hidup bersama denganNya. Pengalaman hidup dengan seorang guru ini membuat mereka mengetahui banyak hal termasuk kemampuan membaca & menulis. Mereka dengan sendirinya sudah familiar dengan kitab Taurat Ibrani, Targum (paraphrase Taurat dalam bahasa Aramik) dan kemungkinan juga dengan Septuaginta (Taurat bahasa Yunani).

Pola pembelajaran seperti ini merupakan salah satu tipe sekolah pada masa itu yang disebut "disciple circle" seperti yg dikatakan Cohen (FMM): ...The descriptions we have of the relationship between Jesus and the disciples approximates the type of school known as 'disciple circle' and would have used the standard teaching techniques of the world at that time. …disciple circles were the normal pattern for higher education in both Jewish and Greco-Roman antiquity.
"...dekripsi yang kita miliki mengenai hubungan antara Yesus dan para murid merupakan tipe sekolah yang dikenal sebagai "disciple circle" (lingkaran murid) dan digunakan sebagai standard teknik pengajaran di dunia pada masa itu. disciple circles merupakan pola umum untuk pendidikan tinggi di kalangan orang Yahudi dan dilingkungan Greco-Roman kuno"

Pendapat senada juga dikemukaan oleh John Baggett (STEJ):
"It was not unusual for great teachers in the first century Mediterranean world to have disciples. …In Judaism, disciples were generally those who studied under a particular teacher of the Law. No doubt term disciple was used at times to refer only those who lived and studied full time with such a teacher. It would not have been surprising at all that a charismatic teacher and healer named Jesus would have a small, limited number of the first type of disciples, and many, perhaps thousands of the second."
"Bukan merupakan hal yang tidak biasa para guru pada abad pertama di daerah Mediteran memiliki murid-murid. Dalam Yudaisme, murid-murid umumnya belajar dibawah bimbingan para guru/ahli Taurat. Tidak diragukan bahwa istilah murid digunakan berkali-kali merujuk pada mereka yang hidup dan belajar secara penuh waktu dengan seorang guru. Maka tidaklah mengherankan jika seorang guru karismatik & penyembuh bernama Yesus memiliki sejumlah kecil murid sebagai murid utama dan banyak lagi murid-murid lainnya."

Proses pembelajaran dengan pola semacam itu melibatkan beberapa aktivitas belajar seperti membaca, mengingat/menghafal dan mencatat hal-hal yang disampaikan oleh gurunya. Ben Witherington (JQ)menyatakan hal ini “Disciples in early Jewish settings were learners, and, yes, also reciters and memorizers. This was the way Jewish educational processes worked. In fact it was the staple of all ancient education, including Greco-Roman education“.
"Murid-murid dalam konteks Yahudi awal adalah para pembelajar dan yah, mereka juga sebagai pengutip dan penghafal. Ini merupakan proses pembelajaran Yahudi. Pada kenyataan, ini merupakan hal-hal pokok dalam pendidikan kuno termasuk penduduk pada masa Greco-Roman"

Dari semua data yang ada semakin memberikan bukti yg kuat bahwa para murid bukan saja familiar dengan beberapa bahasa seperti Aramik & Yunani, namun juga memberikan kemungkinan yang kuat bahwa merekapun bisa membaca & menulis.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Craig Evans, (FJ) Fabricating Jesus, InterVarsity Press, Downers Grove, 2005 (terj. Indo: Merekayasa Yesus, ANDI)
- Kugel and Greer, (EBI) Early Biblical Interpretation, Westminster
- E.P. Sanders, (JPB) Judaism: Practice and Belief 63BCE-66CE, SCM: 1992
- Cohen, [FMM] From the Maccabees to the Mishnah, Westminster: 1987.
- John Baggett, (STEJ) Seeing Through the Eyes of Jesus, Erdmans, GrandRapid
- Ben Witherington, (JQ) The Jesus Quest. Downers Grove: IVP, 1995.
Share:

Bukankah di Kis 4:13 disebutkan Petrus & Yohanes Buta Huruf?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Perhatikan Kisah Para Rasul 4:13 “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus”.
Disitu disebutkan kata “tidak terpelajar” yang sebenarnya dalam bahasa Yunani digunakan kata “ἀγράμματοί” yang seharusnya di terjemahkan sebagai seseorang yang buta huruf (bahasa Inggris: unlettered).

JAWABAN
Mari kita melihat arti kata "tidak terpelajar" ini dalam bahasa Yunani. Menurut Strong’s Hebrews & Greek Dictionaries kata ἀγράμματος (agrammatos) memiliki arti unlettered, that is, illiterate: - unlearned, bentuk negatif dari kata gramma (learning, letter, scripture, writing, written). Dari arti ini “buta huruf” vs “tidak terpelajar” ternyata hampir semua Alkitab yg berpengaruh memilih kata “tidak terpelajar” dgn variannya “tidak terlatih/tidak terdidik/tidak sekolah”.
NIV : unschooled,
NASB : uneducated and untrained,
ISV : uneducated, KJV: unlearned,
AKJV: unlearned,
ASV: unlearned,
God’Word: no education or special training,
BBE: education or learning,
Websters: unlearned.
hanya Weymouth NT yg menerjemahankan illiterate.

Menurut Bible Commentary yang ditulis oleh Craig Keener (BBC:NT), pengertian kata agrammatos (tidak terpelajar) dalam ayat tersebut yaitu orang yang tidak mengikuti suatu pendidikan khusus pada masa itu melalui seorang rabi terkenal seperti Paulus yg dididik oleh Gamaliel.
Unschooled” means not trained in Greek rhetoric (public speaking), as the priestly aristocracy would be. It could also mean that they were not trained under a recognized rabbi...”
"Unschooled memiliki arti tidak dilatih dalam ilmu retorika Yunani (komunikasi publik), sebagaimana mestinya seorang bangsawan. Ini juga berarti bahwa mereka tidak dilatih oleh seorang rabi terkenal..."

Penggunaan kata agrammatos dalam Kis 4:13 ini mirip dengan beberapa ayat berikut ini yang ditujukan pada Yesus & Paulus.
Yoh 7:15 ... Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan (gramma) demikian tanpa belajar!".
Kis 26:24..Festus dengan suara keras: "Engkau gila, Paulus! Ilmumu (gramma) yang banyak itu membuat engkau gila."
Kata gramma (”pengetahuan” & ”ilmu”) adalah akar kata dari agrammatos. Paulus dalam Kis 26:24 dianggap sebagai orang berilmu atau sebagai orang yang terpelajar. Sedangkan Yesus sama seperti Petrus & Yohanes dianggap orang-orang yang tidak terpelajar.

Walaupun seandainya arti kata agrammatos dalam Kis 4:13 itu adalah illiterate (buta huruf) itu pun hanya asumsi sebelumnya para ahli Taurat & kemudian mereka ”heran” karena Petrus & Yohanes justru menunjukan ciri-ciri orang yang terpelajar. Keheranan ini didasari pada perkataan-perkataan Petrus yang mengutip ayat-ayat dalam kitab Perjanjian Lama. (Kis 4:11-Maz 118:22). Padahal biasanya hanya orang terpelajar saja yang bisa mengerti ayat-ayat dalam Taurat & kitab para nabi. Dalam kitab Kisah Para Rasul banyak dicatat kutipan-kutipan ayat Perjanjian Lama oleh Petrus dalam khotbah-khotbahnya sejak hari Pentakosta. Beberapa kutipan ayat-ayat tersebut seperti:
Kis 2:25-28=>Maz 16:8-11, Kis 2:30=>Maz 132:11/2 Sam 7:12-13, Kis 2:34-35=>Maz 110:1, Kis 3:13=>Kel 3:15.

Data ini sekali lagi membuktikan bahwa Petrus & kemungkinan besar murid-murid lainnya bukanlah buta huruf!. Mereka mungkin tidak mengikuti pendidikan formal lewat seorang rabi dari ahli-ahli Taurat tetapi mereka banyak mengetahui dasar-dasar pengajaran Taurat melalui orang tua mereka dan secara mendalam melalui didikan langsung rabi Yesus.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- Keener, Craig S., IVP Bible Background Commentary: New Testament , (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1997.
Share:

Benarkah Matius Penulis Injil Matius ?

ARGUMENTASI LIBERALISME
Matius yang seorang pemungut cukai dari kerajaan Roma hanyalah seperti sekarang ini “Debt Collector”. Sedangkan Papias melalui tulisannya “Expositions of the Sayings of the Lord” sekitar tahun 140 Masehi, adalah orang pertama yang memberikan komentar bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius murid Yesus, dan Injil Markus ditulis oleh Markus, kenalan dekat dari Petrus. Masalah dengan Papias adalah, jika kita pelajari dari sejarah, ia tidak bisa menjadi sumber sejarah yang akurat. Mengapa? tidak hanya karena Eusibius mengatakan bahwa ia adalah orang yang memiliki intelligence yang rendah (Church History 3.39). Tapi, menurut para Scholars, dari apa yang Papias sampaikan, tentang penulis Injil, justru banyak sekali yang bertentangan dengan isi Injil itu tersebut.

JAWABAN
Debt Collector atau biasa disebut penagih hutang lebih identik dengan kekerasan, yaitu menggunakan bodyguard untuk menagih hutang-hutang yang macet. Pekerjaan Debt Collector berbeda dengan penagih pajak (pemungut cukai) yang harus menguasai sistem perpajakan.
Sistem perpajakan kuno di Palestina di bawah penguasaan Romawi cukup kompleks. Ada pajak property, pajak perorangan, pajak perdagangan, pajak lokal seperti temple tax. Bahkan di Mesir jenis pajak lebih banyak lagi mencapai sekitar 111 jenis pajak.

John Wenham (RMML) menuliskan kompleksitas sistem pajak ini & bagaimana pekerjaan Matius sebagai seorang Tax Collector: “It is known that in Egypt at this date there were 111 kinds of tax, and many of the tax-collectors knew shorthand. Matthew's livelihood was earned by interviewing tax-payers and discussing their affairs (usually in Aramaic) and then writing up his reports in Greek. He had a lifelong habit of noting things down and of preserving what he had written.
"Seperti yang telah diketahui bahwa Mesir pada masa itu memiliki 111 jenis pajak dan banyak para pemungut cukai memiliki catatan tangannya sendiri. Kehidupan Matius sendiri diisi dengan melakukan interview terhadap wajib pajak dan membahas permasalahan-permasalahan mereka (biasanya menggunakan bahasa Aramik) dan kemudian menuliskan laporannya dalam bahasa Yunani. Dia memiliki kebiasaan mencatat banyak hal dan menyimpan apa yang ditulisnya.

Matius pasti tahu bagaimana menyusun laporan keuangan karena itu bagian dari tugasnya. Maka dia pun tentu memiliki kemampuan untuk mencatat berbagai perkataan Yesus. Pritchard (LANT) lewat studinya menyatakan hal ini: "…It is not unlikely that Matthew, a man trained in handling financial accounts, should have competently collected and arranged sayings of Jesus..."
"Bukan hal yang tidak mungkin bahwa Matius, seorang yang terlatih dalam menangani laporan keuangan, seharusnya juga memiliki kemampuan mengumpulkan dan menyusun kembali perkataan-perkataan Yesus..."

Menariknya Injil Matius paling banyak menulis hal-hal yang berkaitan dengan “keuangan”. Dan karakteristik ini sangat cocok dengan Matius sebagai Tax Collector. Saya coba hitung kata “uang” dalam tiap kitab Injil: Matius (15), Markus (5), Lukas (6), Yohanes (3). Selain itu dalam Injil Matius banyak terdapat hal spesifik yang berkaitan dengan istilah keuangan, diantaranya:
Matius menggunakan tiga jenis kategori untuk uang (dua dirham Mat 17:24, empat dirham Mat 17:27, Talenta Mat 18:24 ). Hanya Matius yang menggunakan kata emas & perak. Hanya Matius yang menuliskan tentang pembayaran bea ke Bait Allah (Mat 17:24-27). Dalam perumpamaan tentang Talenta, Matius merinci jumlah uang lebih detail. Penjelasan yang lebih baik terhadap berbagai istilah keuangan lainnya seperti hutang, pertukaran uang, perhitungan uang dan lain-lain. Informasi lengkap mengenai hal ini dibahas oleh Werner G. Marx (MMM).

Kita bisa melihat kombinasi data yang saling berkaitan antara: Matius sebagai Tax Collector – Kompleksitas Pekerjaan Tax Collector – Ciri khas istilah keuangan dalam Injil Matius. Ini memberikan kemungkinan yang sangat kuat bahwa Matiuslah penulis Injil Matius.

Papias adalah salah satu bapa gereja yang menyatakan bahwa Matius murid Yesus adalah penulis injil Matius seperti yang dikutip oleh Eusebius (H.E. 3.39.15-16):"…So then Matthew wrote the oracles (logia) in the Hebrew language, and every one interpreted them as he was able."
Argumentasi yang mengatakan bahwa Papias diragukan karena disebut oleh Eusibius memiliki "intelligence yang rendah" harus diuji kembali. Ternyata yang dimaksud dengan “intelligence yg rendah” oleh Eusibius ditujukan pada tafsiran-tafsiran dari Papias seperti masalah Eskatologi, tetapi bukan berkaitan dengan fakta2 sejarah yang ditulis oleh Papias. Salah buktinya berkaitan dgn penyebutan Matius sebagai penulis Injil Matius yang ternyata Eusibius sendiripun sepakat dengan hal ini (H.E. 3.24.6).…For Matthew, who had at first preached to the Hebrews, when he was about to go to other peoples, committed his Gospel to writing in his native tongue ..”. Bahkan dari tulisan dia juga mengutip beberapa bapa gereja lainnya yg menyatakan hal yg sama.

Irenaeus (130-200) (Adv. Haer. 3.1.1; juga dikutip oleh by Eusebius, H.E. 5.8.2):
"..Now Matthew brought forth among the Hebrews a written gospel in their language, while Peter and Paul were preaching in Rome and founding the church."
Origen (185-254) (dikutip oleh Eusebius, H.E. 6. 25.4):
"..Among the four Gospels, which are the only indisputable ones in the Church of God under heaven, I have learned by tradition that the first was written by Matthew, who was once a publican, but afterwards an apostle of Jesus Christ, and it was prepared for the converts from Judaism, and published in the Hebrew language
Eusebius juga mengatakan tentang sebuah tradisi tentang Injil Matius yg dikaitkan dgn seorang bernama Pantaenus (190) anggota gereja di Alecandria. (H.E. 5.10.3):
..Pantaenus was one of these, and is said to have gone to India. It is reported that among persons there who knew of Christ, he found the Gospel according to Matthew, which had anticipated his own arrival. For Bartholomew,168 one of the apostles, had preached to them, and left with them the writing of Matthew in the Hebrew language,169 which they had preserved till that time.

Adapun mengetahui berbagai ketidaksesuaian dari tulisan Papias dengan Injil Matius, inipun berkaitan dengan tafsiran terhadap Injil itu. Tetapi hal yang berkaitan dgn fakta sejarah bahwa Matius sebagai penulis Injil Matius tdk ada pengaruhnya. Kalaupun Papias salah menyebutkan Injil Matius ditulis oleh Matius, seharusnya ada catatan lainnya yang mengoreksi kesalahan itu !

Masih ada beberapa bapa gereja lainnya yang menyebut Matius sebagai penulis Injil Matius, seperti: Ephiphanius (c. 315-403)(Haer. 30.3), Cyril of Jerusalem (c. 315-86)(Cat. 14), Jerome (Prol. in Matt.; Praef. in Quat. Ev.; Vir. 3). Menarik apa yg dikatakan oleh John Wenham (RMML): "But the fact remains that there is no alternative tradition about the authorship of Matthew's gospel, as there is in the case of Hebrews, nor was there doubt of its apostolic authorship …"

Tidak ada tradisi alternatif tentang siapa nama penulis Injil Matius selain Matius itu sendiri. Termasuk tidak ada referensi dari bapa-bapa gereja yang mengatakan bahwa Injil Matius ditulis oleh orang lain yg bukan Matius.

Jaringan Apologia Kristen
Jimmy Jeffry

Reference:
- John Wenham, [RMML] Redating Matthew, Mark, and Luke, IVP: 1992.
- Pritchard, John Paul. A Literary Approach to the New Testament. Norman: U. of Oklahoma Press, 1972.
- Werner G. Marx, ”Money Matters in Matthew,” Bibliotheca Sacra 136:542, 1979
- The Early Church Fathers v2, CCEL, Wheaton College, www.ccel.org
Share: